PERKEMBANGAN MADRASAH PADA MASA ABBSASIYAH

A. MADRASAH-MADRASAH PADA MASA ABBASIYAH YANG TERAKHIR


Sewaktu pemerintahan pindah ke pemimpin Abbasiyah. Maka pemerintah Abbasiyyah mulai membanggun beberapa madrasah untuk belajar dan setiap madrasah itu diisi oleh 10 pelajar. Madrasah-madrasah tersebut pun diberi aturan-aturan yang harus ditegakkan oleh para pelajar. Seperti di Damaskus salah satunya, kira-kira 300 madrasah berada di lereng gunung. Peninggalan madrasah tersebut terlihat dalam kubah-kubah yang menimbul dari kebun masyarakat.
Madrasah di lereng gunung tersebut berbeda dengan madrasah yang lain, yang umumnya ada dijantung kota seperti Madrasah At-Thohiriyyah yang dibangun pada masa raja ”Ad Dhohir” dan Madrasah Nuriyah yang didikan oleh Nuruddin Az-Zanky. Sistem pengajaran dimadrasah tetap memiliki otonomi sendiri, tidak berpusat pada pihak lain, seperti dari pemikiran-pemikiran, referensi (kitab-kitab) atau metode-metode. Hubungan madrasah dengan pemerintah hanya menyangkut masalah pendanaan melalui waqaf / hibah tanpa campur aduk urusan kurikulum/sistem. Pemerintah mempercayai kualitas dan keberadaan para Ulama’, baik itu ulama’ sebagai penyelanggara maupun Ulama’ sebagai pengajar.
Keadaan madrasah-madrasah tetap seperti itu selama ± 10 abad, hingga datang Imperialis barat mendatangi mereka. Sejak kedatangan imperialis barat, sistem permadrasahan dipusatkan sebagai sistem pengajaran berpusat pada sistem yang dinasihatkan mereka. Pada waktu itu pakar pendidikan berpendapat bahwa madrasah-madrasah didirikan berdasarkan perintah/tugas kaum imperialis.

B. MADRASAH MODERN

1.) sebab-sebab munculnya sekolah modern
Sebab-sebab yang menarik timbulnya madrasah modern adalah dengan adanya persoalan yang kita lihat hari ini, yaitu kembalinya perkara yang membesarkan madrasah modern kepada perbarubahan aturan kehidupan politik. Yakni Negara perlu mengurus rakyat dan memandang dirinya bertanggung jawab atas seluruh masalah pangan, sumber penghasilan, kekayaan, kecerendungan politik dan organisasi kemasyarakatan dengan menyandarkan pada keamanan serta ketetapan, terwujudnya kemerdekaan, kemulyaan individu-individu serta kehormatan Negara itu sendiri di mata Negara yang lain.
Semua masalah ini, itu dilandaskan atas belajar dan pendidikan. Maka dengan adanya pendidikan bisa menumbuhkan potensi manusia sekiranya dengan adanya pendidikan tersebut menyebabkan timbulnya banyak potensi, antara lain menumbuhkan pribadi masyarakat yang cinta bekerja, menyibukkaan mengolah bumi dan kekayaan negara dengan prinsip maeraih hasil sebanyak-banyaknya dengan usaha sekecil mungkin.
Pendidikan diyakini dapat mewujudkan rasa cinta diantara semua golongan terwujudnya kemajemukan, keamanan, ketertiban. Masyarakat dididik untuk menghargai kemulyaan, kekayaan, nyawa sehigga kestabilan Negara terjamin.
Inilah alasan sosial politis yang memotivasi pemerintah untuk memegang kendali pendidikan termasuk dalam penyiapan kurikulum madrasah maupun tenaga pengajarnya.

C. TIMBULNYA BEBERAPA SEBAB DAN POSISI ISLAM DI DALAM PERKEMBANAN MADRASAH MODERN

Kita memandang perjalanan sejarah Islam tentang pentingnya peran pemerintah terhadap pendidikan kita, yakni pemerintah bertindak cepat untuk menangani permasalahan-permasalahan karena kita ketahui pemerintah itu adil. Seperti pada masa pemerintahan Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Aziz bertindak cepat dalam menangani masalah-masalah yang ada/timbul dalam negaranya, bahkan membangun tegak jembatan pada sungai Furot agar binatang yang merangkak dapat melintasinya, meskipun rusaknya bangunan tersebut karena hujan ataupun kelalaian pekerjanya. Maka bagaimanapun sangat pentingnya pemeritahan dalam mengatur masalah-masalah rizqi, sandang pangan dan dalam mengatur sistem kehidupan masyarakat dalam peradaban Islam semua perkara tersebut sudah masuk akal.
Sistem Islam dan non Islam sepintas tidak ada bedanya, namun jika kita teliti lebih jauh kita akan menemukan metode praktis dan aplikatif yang menjadikan Islam lebih mulia dari agama lain. Negara Islam memberikan kebebasan penyelanggaraan pendidikan Islam secara penuh pada pengelola dan rakyat. Rakyat pun percaya atas pengelolaan wakil-wakil mereka karena mereka memiliki aturan dan tujuan yang sama maka rakyat sebagai pengawas pendidikan secara langsung. Rakyatlah yang mengetahui bagaimana dan apa peyelanggaraan lembaga pendidikan lengkap dengan sarananya.
Madrasah-madrasah Islam tetap berpegang teguh pada tujuan dasar yang dimilikinya. Hakikat dasar dan tujuan pendidikan Islam makna yang utama yaitu dengan tujuan ini pendidikan Islam membantu memecahkan/menyelesaikan masalah-masalah orang mukmin, pendidikan Islam menganjurkan kita untuk mengikuti asas tujuan ini serta pendidikan Islam bersungguh-sungguh dalam mengatur segala sesuatu yang ada didalamnya. Kita percaya akan adanya hasil yang baik/manfaat yang tampak dari madrasah-madrasah ini, baik dalam bidang perekonomian, keamanan. Semua itu sejalan dengan adanya pengawasan dari seluruh masyarakat.
Negara juga turut berpartisipasi dalam menjaga negaranya dari bangsa lain, serta memotivasi masyarakat untuk berpotensi/berkembang dengan baik dalam seluruh asas pendidikan dan meluruskan suatu hal/perkara yang menyimpang dari asas pendidikan.
Dengan demikian agar membentuk rakyatnya dalam pembinaan generasi muda sehingga kualitas pendidikan menjadi kebutuhan pribadi bukan karena paksaan. Aktivitas pendidikan merupakan cerminan nilai suci yang bersumber dari hati pendidikan dan pengajaran.
Hasil pendidikan sangat berhubungan dengan setiap lembaga pendidikan dan berkaitan langsung kepada Allah zat yang memperhitungkan kebaikan dan keburukan meskipun hanya seberat Darroh.
BAB III
KOMENTAR PENYUSUN

Pendidikan merupakan kebutuhan bagi manusia. Melalui pendidikan manusia dapat belajar menjalani kehidupan dengan benar dan baik. Melalui pendidikan manusia dapat membentuk kepribadiannya. tujuan pendidikan Islam yang paling utama adalah pembentukan akhlak yang mulia. Pendidikan Islam bertujuan membentuk hamba Allah yang berkepribadian islami dan berprilaku baik sehingga dapat hidup secara bersih dan ikhlas. Perkembangan Madrasah sebagai tempat pendidikan Islam seharusnya diserahkan kepada pendidik/pengajar dan masyarakat, yang secara hakiki tahu apa dan bagaimana perkembagan pendidik anak, namun pemerintah menunjukkan perannya dengan memfasilitasi semua kebutuhan pendidikan. Di Indonesia sendiri Sistem Pendidikannya, semua peran kebijakan diambil oleh pemerintah pusat, yang diambil dari fenomena-fenomena yang ada di masyarakat/pendidik, itu katanya....? namun kita tidak tahu semua itu benar apa adanya atau tidak.
Agar Pendidikan Islam maju dan berkembang sesuai dengan tujuan pendidikan maka ketiga komponen elemen tersebut harus bersatu, saling menyokong dan memberikan kontribusinya masing-masing secara maksimal.


BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sistem pengajaran dimadrasah pada masa Abbasiyah tetap memiliki otonomi sendiri, tidak berpusat pada pihak lain. Seperti dari pemikiran-pemikiran, referensi (kitab-kitab) atau metode-metode.
2. Hubungan madrasah dengan pemerintah hanya menyangkut masalah pendanaan melalui waqaf / hibah tanpa campur aduk urusan kurikulum/sistem.
3. Sejak kedatangan imperialis barat, sistem permadrasahan dipusatkan sebagai sistem pengajaran berpusat pada sistem yang dinasihatkan mereka.
4. Negara perlu mengurus rakyat dan memandang dirinya bertanggung jawab atas seluruh masalah pangan, sumber penghasilan, kekayaan, kecerendungan politik dan organisasi kemasyarakatan dengan menyandarkan pada keamanan serta ketetapan, terwujudnya kemerdekaan, kemulyaan individu-individu serta kehormatan Negara itu sendiri di mata Negara yang lain. Dari latar belakang itulah pemerintah harus mampu memberikan perannya dalam dunia pendidikan.