BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
Dunia
semakin hari semakin mengalami perubahan, perubahan itu terjadi secara alami
dan karena campur tangan manusia. Perubahan itu pula yang harus membuat manusia
semakin peka akan kejadian-kejadian yang ada. Hadirnya berbagai ilmu
pengetahuan di dunia ini memudahkan manusia untuk beraktivitas, teknologi yang
canggih di dukung oleh komputerisasi membuat manusia semakin terbantu melakukan
aktivitasnya, semuanya terasa lebih mudah. Alat komunikasi yang tak mengenal
jarak dan waktu semakin memudahkan manusia untuk terus melakukan interaksi
dimanapun dan kapanpun. Begitu cepat perubahan dan perkembangan itu terjadi,
hal ini menuntut manusia harus terus belajar dimanapun dan kapanpun.
Pada
dasarnya manusia dilahirkan kealam dunia ini dalam keadaan fitrah atau suci
sesuai dengan hadist Rasululullah Saw, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah maka kedua orang tuanyalah yg menjadikannya sebagai Yahudi Nasrani atau
Majusi.” Sejak anak dilahirkan kealam dunia ini sesungguhnya adalah awal
manusia mulai belajar, karena di dalam Islam dikatakan bahwa manusia itu
belajar sejak ia dilahirkan sampai ia masuk kedalam liang lahat. Sungguh luar
biasa ajaran Islam mendidik umatnya untuk terus menuntut ilmu pengetahuan tanpa
mengenal usia, selama kita masih bisa menikmati hidup, selama kita masih bisa
menghirup udara, selama kita masih bisa bergerak itu artinya kita wajib
menuntut ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu ketika seorang anak mulai dilahirkan
kealam dunia ini orang tua sudah mulai mengjari anaknya dengan berbagai hal
tentunya dengan konsep dan metode yang sesuaI dengan usianya.
Belajar
sepanjang hayat adalah suatu konsep tentang belajar terus menerus dan
berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai akhir hayat, sejalan
dengan fase-fase perkembangan pada manusia. Oleh karena setiap fase
perkembangan pada masing-masing individu harus dilalui dengan belajar agar
dapat memenuhi tugas-tugas perkembanganya, maka belajar itu dimulai dari masa
kanak-kanak sampai dewasa dan bahkan masa tua. Bertolak dari fase-fase
perkembangan seperti dikemukakan Havinghurst, berimplikasi kepada keharusan
untuk belajar secara terus menerus.
Konsep
belajar sepanjang hayat atau yang dikenal dengan Long Life education bisa
dilakukan dimana saja, mulai dari lingkungan keluarga dimulai dari masa
kanak-kanak, remaja, dewasa, bahkan sampai dengan usia tua, belajar sepanjang
hayat juga bisa dilakukan dalam pendidikam formal, dari mulai Taman
kanak-kanak, Sekolah dasar, Sekolah menengah pertama, Sekolah menegah
atas/kejuruan, perguruan tinggi. Lahirnya konsep belajar sepanjang hayat adalah
bagian dari keprihatinan pada dunia pedidikan yang ada, karena masih banyak
masyarakat yang tidak bisa menikmati pendidikan pada dunia formal. Oleh sebab
itu belajar sepanjang hayat bisa dilakukan pada kegiatan non formal, misalnya
kegiatan pelatihan, PLS, kelompok belajar dan lain sebagainya.[1]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Belajar
sepanjang hayat.
Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep, suatu idea,
gagasan pokok dalam konsep ini ialah bahwa belajar itu tidak hanya berlangsung
di lembaga-lembaga pendidikan formal seseorang masih dapat memperoleh
pengetahuan kalau ia mau, setelah ia selesai mengikuti pendidikan di suatu
lembaga pendidikan formal. Ditekankan pula bahwa belajar dalam arti sebenarnya
adalah sesuatu yang berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Bedasarkan idea
tersebut konsep belajar sepanjang hayat sering pula dikatakan sebagai belajar
berkesinambungan (continuing learning). Dengan terus menerus belajar, seseorang
tidak akan ketinggalan zaman dan dapat memperbaharui pengetahuannya, terutama
bagi mereka yang sudah berusia lanjut. Dengan pengetahuan yang selalu
diperbaharui ini, mereka tidak akan terasing dan generasi muda, mereka tidak
akan menjadi snile atau pikun secara dini, dan tetap dapat memberikan
sumbangannya bagi kehidupan di lingkungannya.[2]
B. Landasan
Belajar sepanjang hayat
Belajar sepanjang hayat merupakan kewajiban setiap manusia
tidak mengenal usia, status, ruang dan waktu serta yang lainnya. Konsep belajar
sepanjang hayat sesungguhnya telah lama ada dalam ajaran Islam sesuai dengan
hadis yang berbunyi:
اُطْلُبُوُا العِلْمَ مِنَ المَهْدِ
اِلىَ اللََّحْدِ
artinya :” Tuntutlah ilmu oleh kalian mulai sejak di buaian hingga liang lahat”. (Al-hadis)
artinya :” Tuntutlah ilmu oleh kalian mulai sejak di buaian hingga liang lahat”. (Al-hadis)
Dengan memperhatikan hadits tersebut, dapat dipahami bahwa
aktivitas belajar sepanjang hayat memang telah menjadi bagian dan kehidupan
kaum muslimin. Sedangkan secara umum, gerakan belajar sepanjang hayat itu baru
dipublikasikan di sekitar tahun 1970, ketika UNESCO menyebutnya sebagai tahun
Pendidikan Internasional (International Education Year). Karena pada tahun itu
dilontarkan berbagai isu pembaharuan dalam falsafah dan konsep tentang
pendidikan. Latar belakang munculnya gagasan ini ialah rasa kurang puas
terhadap pelaksanaan belajar melalui sistem sekolah, yang dikatakan memperlebar
jurang antara yang kaya dan yang miskin. Secara eksplisit gagasan ini
dilontarkan oleh Paul Lengrand dalam bukunya yang beijudul An Introduction to
life Long Education.[3]
Dari landasan diatas maka sesungguhnya pembelajaran
sepanjang hayat sangat dibutuhkan oleh setiap manusia yang menyadari akan
pentingnya sebuah pengetahuan. Belajar sepanjang hayat bisa dalam pendidikan
formal maupun non formal.
C. Belajar
Sepanjang hayat dalam tiga aspek menurut penulis
Dalam makalah ini penulis akan mencoba menjelaskan tentap belajar sepanjang hayat yang dilakukan dari tiga aspek lingkungan belajar. Yaitu belajar sepanjang hayat dalam lingkungan keluarga, dalam pendidikan formal, dan dalam pendidikan non formal.[4]
Dalam makalah ini penulis akan mencoba menjelaskan tentap belajar sepanjang hayat yang dilakukan dari tiga aspek lingkungan belajar. Yaitu belajar sepanjang hayat dalam lingkungan keluarga, dalam pendidikan formal, dan dalam pendidikan non formal.[4]
a. Belajar
sepanjang hayat dalam lingkungan keluarga
Tempat belajar yang pertama bagi seorang manusia adalah lingkungan keluaraga, pada tapa inilah tahap yang paling menentukan seorang anak untuk memulai pembelajaran dalam keluarganya. Khususnya dalam ajaran Islam pembelajaran sudah dimulai ketika seorang bayi masih berada dalam rahimnya, dalam konsep ini jelas bahwa Islam memang sangat memperhatikan umatnya untuk senantiasa belajar. Kemudian dalam Islam dijelaskan berdasarkan hadis Rasulullah Saw “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah maka kedua orang tuanyalah yg menjadikannya sebagai Yahudi Nasrani atau Majusi.” Dalam hadis ini jelas bahwa peran orang tua dalam keluarga sangatlah penting untuk mendidik putra-putrinya, orang tuanyalah yang akan membentuk pribadi anaknya dalam lingkungan keluarga. Belajar sepanjang hayat dalam lingkungan keluarga menurut penulis bisa dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :
Tempat belajar yang pertama bagi seorang manusia adalah lingkungan keluaraga, pada tapa inilah tahap yang paling menentukan seorang anak untuk memulai pembelajaran dalam keluarganya. Khususnya dalam ajaran Islam pembelajaran sudah dimulai ketika seorang bayi masih berada dalam rahimnya, dalam konsep ini jelas bahwa Islam memang sangat memperhatikan umatnya untuk senantiasa belajar. Kemudian dalam Islam dijelaskan berdasarkan hadis Rasulullah Saw “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah maka kedua orang tuanyalah yg menjadikannya sebagai Yahudi Nasrani atau Majusi.” Dalam hadis ini jelas bahwa peran orang tua dalam keluarga sangatlah penting untuk mendidik putra-putrinya, orang tuanyalah yang akan membentuk pribadi anaknya dalam lingkungan keluarga. Belajar sepanjang hayat dalam lingkungan keluarga menurut penulis bisa dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :
i.
Belajar pada masa balita
Dalam
masa balita orang tua mulai bisa mengajarkan kepada anaknya, sesuai dengan
kemampuan serta fase perkembanganya. Misalnya dengan mengajarkan atau melatih
anak untuk bisa merangkak, kemudian berdiri, berjalan walaupun pembelajaran
seperti ini bisa terjadi secara alami tapi tetap membutuhkan perhatian khusus
dari orang tua. Selain itu pada masa balita bisa dilakukan pembelajaran seperti
mengucapkan kalimat atau kata sederhana serta belajar bicara dan lain
sebagainya.
ii.
Belajar pada masa kanak-kanak
Dalam
fase ini orang tua mempunyai peranan penting untuk memberikan pembelajaran pada
anak-anaknya, orang tua mulai memberikan pembelajaran misalnya bagaimana mereka
menggunakan pakaian atau melepaskannya, mebiasakan anak untuk hidup disiplin
dengan cara memberikan contoh misalnya dengan berangkat dan pulang sekolah
tepat waktu, belajar dan bermain sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.
Pada masa ini pembelajaran mengenai hidup bersih juga bisa mulai diberikan
misalnya dengan mandi, menggosok gigi, mencuci tangan, membuang sampah pada
tempatnya, dan lain sebagainya. Dalam fase ini orang tua bukan hanya memberikan
pembelajaran tetapi harus bisa memberikan contoh karena cenderung seorang anak
biasanya melakukan sesuatu dari apa yang dilihatnya. Pada masa ini pembentukan
karakter juga bisa diberikan misalnya dengan mencium tangan orang tua ketika
berangkat dan pulang sekolah disertai mengucapkan salam, menghormati yang lebih
tua, membiasakan sholat lima waktu dan lain sebagainya.
iii.
Belajar pada masa remaja.
Masa
remaja merupakan masa yang paling rentang, pada fase ini seorang anak cenderung
mempunyai sifat labil, oleh sebab itu peranan orang tua dalam memberikan
pembelajaran dalam lingkungan keluarga sangatlah penting. Agar pada masa ini
bisa berkembang dengan baik, tanpa terpengaruh oleh lingkungan luar,
terpengaruh oleng teman-teman bergaulnya. Pada masa ini konsep pembelajaran
sepanjang hayat mempunyai peranan penting karena dalam fase ini pula seorang
anak akan mulai mencari jati dirinya, mulai mengenal dunia pergaulan, dan
cenderung memiliki keinginan untuk punya kebebasan dalam melakukan sesuatu.
Pembelajaran disiplin dan pengwasan serta perhatian dari orang tua sangatlah
penting agar anak bisa melakukan aktivitas-aktivitas yang positif serta
berkembang secara normal.
iv.
Belajar pada masa dewasa
Konsep
belajar sepanjang hayat pada masa dewasa merupakan masa yang penting dilakukan
dalam lingkungan keluarga. Pada fase ini seorang anak remaja yang berkembang
menjadi manusia dewasa mulai mengenal jati dirinya, bahkan memilki karakter
tersendiri. Pada masa ini pula biasanya kecenderungan seseorang untuk menyudahi
belajar sangat dominan khususnya perempuan. Diawali selesai masa kuliah,
kemudian menikah, punya anak dan memilki keluaraga. Pada masa-masa ini
seseorang cenderung lebih memetingkan keluarga, pekerjaan dibadingkan dengan
belajarnya. Padahal pada masa ini pembelajaran masih tetap bisa dijalankan.
Oleh sebab itu dalam lingkungan keluarga ini orang tua harus bisa memberikan
pemahan kepada anak-ankanya agar terus belajar sepanjang hidupnya, baik belajar
formal maupun non formal.
v.
Belajar pada masa tua atau usia lanjut dalam
lingkungan keluarga
Konsep
pembelajaran dalam Islam bahwa belajar tidak mengenal usia, sesuai dengan hadis
yang ada pada landasan diatas. Maka sesunggunya pada usia ini seseorang harus
tetap belajar, yang tentunya dilakukan dalam keluarga. Pada masa ini orang tua
bisa belajar pada anak-anaknya atau pada masa ini orang tua memberikan
pembeljaran pada anak-anaknya. Karena sesunggunya belajar sepanjang hayat bukan
hanya belajar tapi juga memberikan pembelajaran. Orang tua yang memilki banyak
ilmu maka ia akan semakin bijak dalam mengambil keputusan dalam setiap masalah
yang dihadapi dalam hidupnya.
b. Belajar
sepanjang hayat dalam pendidikan Formal
Belajar
sepanjang hayat sangatlah dibutuhkan setiap individu yang membutuhkan ilmu
pengetahuan, orang yang menyadari akan pentingnya arti sebuah ilmu maka ia akan
berusaha untuk terus melanjutkan pendidikannya sampai dengan jenjang yang
paling tinggi sesuai dengan kemampuan yang dimilkinya. Didalam ajaran Islam
sesunggunya mencari ilmu pengetahuan adalah kewajiban. Sesuai dengan hadist
Rasulullah Saw, “ Sesungguhnya menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap
muslim baik laki-laki atau perempuan “ (HR. Ibnu Majah). Dalam hadis ini sangat
tegas di sebutkan atas kewajiban seorang muslim oleh sebab itu apabila kewajiban
ini tidak dilakukan oleh seorang muslim maka hukumnya adalah dosa. Dalam hadis
yang lain Rasulullah saw, mengatakan “Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu
maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke syorga”. (HR. Muslim). Sungguh luar
biasa bagi orang yang menuntut ilmu pengetahuan yaitu baginya akan dimudahkan
jalan menuju surga, oleh sebab itu dengan hadis ini muda-mudahan kita akan
semakin termotivasi, karena mendapat keridhoan Allah dan masuk surga adalah
dambaan bagi setiap manusia.
Pembelajaran
sepanjang hayat (Long Life education) dalam pendidikan formal, adalah
pembelajaran yang sistematis dan terencana, memilki tujuan – tujuan khusus
sesuai dengan bakat, kemampuan atau jurusan yang diminati oleh pembelajar. Yang
termasuk dalam pendidikan formal adalah dari tingkat taman kanak-kanak, sekolah
dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, sekolah menengah
kejuruan, perguruan tinggi, D1, D2, D3, S1,S2, dan S3. Pada pendidikan formal
setelah seseorang meyelesaikan program sekolah menegah atas atau kejuruan,
setiap orang diperbolehkan untuk mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi, tak
mengenal usia, jenis kelamin, suku dan golongan. Oleh sebab itu hal ini berlaku
sampai kapanpun selama sesorang masih memilki keinginan untuk belajar maka
selama itu pula banyak kesempatan bagi setiap orang untuk melanjutkan kejenjang
yang lebih tinggi. Maka tidak heran kita sering melihat atau mendengar orang
yang sudah berusia tua ada di antara sebagian mereka masih melanjutkan
kuliahnya ada yang S1, S2 dan S3. itu artinya pendidikan sepanjang hayat ini
memang relevan bagi setiap orang, setiap orang punya kesempatan yang sama,
asalkan mempunyai keinginan dan kemampuan.
c. Belajar
sepanjang hayat dalam pendidikan Non Formal
Belajar
tidak mengenal usia, waktu dan tempat, dimanapun kapanpun kita bisa belajar
dari kehidupan ini. Belajar tidak harus dibangku sekolah atau pendidikan formal
serta berizazah, tetapi belajar bisa dimana saja, dari berbagai sumber yang
berisi tentang pengetahuan. Banyak orang yang belajar ototidak (belajar
sendiri) namun mereka lebih berhasil dari orang-orang yang berpendidikan
formal, itu artinya belum tentu orang yang berpendidikan formal bisa lebih
sukses daripada orang yang tidak berpendidikan formal. Sesungguhnya yang membuat
orang menjadi sukses adalah kemampuannya beradaptasi dengan orang lain,
komunikatif, pandai begaul, punya kemauan keras dan tentunya skil tidak kalah
penting.
Pendidikan non formal tidak mengenal ruang dan waktu, setiap orang bisa belajar kapanpun, orang bisa belajar dari apa yang dilihatnya, di dengarnya, dirasakannya, dialaminya dan lain sebagainya. Konsep pendidikan sepajang hayat pada pendidikan non formal lebih luas dari yang lainnya. Pendidikan non formal ini bisa dilakukan seperti kelompok belajar, organisasi, tempat kursus atau pelatihan, atau ditempat – tempat pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak. Oleh sebab itu sudah seharusnya setiap orang harus terus belajar dari setiap perjalanan hidupnya sampai ajal menjemputnya. Karena ilmu pengetahuan sangat berguna bagi setiap orang walalupun bagi orang yang sudah berusia lanjut sekalipun. Dalam islam dikatakan Allah akan mengangkat orang – orang yang berilmu dan beriman beberapa derajat, itu artinya betapa Allah menghargai orang yang berilmu karena dengan ilmu pula orang akan lebih mampu mengenal Allah dan lebih banyak mendekatkan diri padanya dengan ritual-ritual ibadah.
Pendidikan non formal tidak mengenal ruang dan waktu, setiap orang bisa belajar kapanpun, orang bisa belajar dari apa yang dilihatnya, di dengarnya, dirasakannya, dialaminya dan lain sebagainya. Konsep pendidikan sepajang hayat pada pendidikan non formal lebih luas dari yang lainnya. Pendidikan non formal ini bisa dilakukan seperti kelompok belajar, organisasi, tempat kursus atau pelatihan, atau ditempat – tempat pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak. Oleh sebab itu sudah seharusnya setiap orang harus terus belajar dari setiap perjalanan hidupnya sampai ajal menjemputnya. Karena ilmu pengetahuan sangat berguna bagi setiap orang walalupun bagi orang yang sudah berusia lanjut sekalipun. Dalam islam dikatakan Allah akan mengangkat orang – orang yang berilmu dan beriman beberapa derajat, itu artinya betapa Allah menghargai orang yang berilmu karena dengan ilmu pula orang akan lebih mampu mengenal Allah dan lebih banyak mendekatkan diri padanya dengan ritual-ritual ibadah.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa
sesungguhnya pendidikan sepanjang hayat merupakan sebuah konsep yang memberikan
pemahaman kepada setiap orang agar terus belajar dalam perjalanan hidupnya,
belajar sepanjang hayat tidak mengenal usia, serta ruang dan waktu. Pendidikan
sepanjang hayat juga merupakan konsep yang sudah lama dikenal dalam Islam
bahkan jauh sebelum unesco mengeluarkan tentang konsep Long Life Education.
Konsep belajar sepanjang hayat dalam Islam sesuai dengan hadir Rasullulah Saw,
yaitu” Tuntutlah ilmu oleh kalian mulai sejak di buaian hingga liang lahat”.
(Al-hadis. Selain itu didalam ajaran Islam menuntut ilmu adalah sebuah
kewajiban sesuai dengan hadis Rasulullah saw, sebagai berikut : “ Sesungguhnya
menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim baik laki-laki atau
perempuan “ (HR. Ibnu Majah).
Dua hadist diatas jelas menegaskan kepada umatnya bahwa ilmu
pengetahuan adalah hal yang sangat penting. Konsep belajar sepanjang hayat yang
penulis kemukakan bisa dilakukan pada lingkungan keluarga, pendidikan formal
dan pendidikan non formal. Selanjutnya manfaat dari pendidikan sepanjang hayat
adalah agar setiap manusia selalu membepunyai bekal dalam kehidupan ini,
sehingga dalam menjalani kehidupan ini akan lebih terarah dan senantiasa mampu
melakukan yang terbaik untuk kemaslahatan umat, mampu menjadi orang yang
bijaksana.
DAFTAR PUSTAKA
Salim Bahreisy,
H. 1980, Sejarah Hidup Nabi-Nabi. Bina Ilmu. Surabaya.
Syed Ali Asraf.
1996, The Propets. Ta-Ha Publishers Ltd. CV Bintang Timur. Surabaya.
Tafsir, Ahmad.
2008, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Zuhairini, dkk,
1997, Sejarah Pendidikan Islam, Bumi Aksara ,Jakarta.