BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
sekarang ini mengalami kemajuan sangat pesat dalam penggunaan mediannya,
sehingga menciptakan metode-metode pembelajaran yang begitu banyak guna
mengefektifkan proses belajar mengajar yang ada di kelas, namun sekarang ini
banyak masyarakat yang mengeluh dengan out put yang dikeluarkan oleh
sekolah-sekolah ataupun madrasah-madrasah. Seharusnya dengan perkembangan IT
dan media yang digunakan guru dalam mengajar, menghasilkan siswa-siswa yang
cerdas dan berbudi namun fenomena itu kayaknya berkebalikan dengan harapan yang
diinginkan.
Setelah
kita telaah lebih lanjut salah faktor mengapa muri/siswa tidak sesuai dengan
harapan adalah niat/kemauan/minat yang kurang ihlas dan agaknya dipaksakan.
Makanya pada makalah ini akan kami paparkan hadist tentang pendidikan minat
atau kemauan beserta sinerginya dengan konsep para ahli pendidikan.
B. Rumusan Masalah l
Dari
uraian latar belakang masalah diatas maka dapat kita rumuskan rumusan makalah
sebagai berikut: “bagaimana konsep pendidikan kemauan/minat/niat oleh Islam
(dalam hal ini Hadist tentang konsep pendidikan kemauan/minat/niat) serta
sinerginya dengan pemikiran para ahli pendidikan?”.
C. Tujuan Penulisan
“Untuk
menjelaskan konsep pendidikan kemauan/minat/niat oleh Islam (dalam hal ini
Hadist tentang konsep pendidikan kemauan/minat/niat) serta sinerginya dengan
pemikiran para ahli pendidikan”.
BAB II
PEMBAHASAN
HADIST TENTANG PENDIDIKAN KEMAUN DAN
MINAT
A. Pengertian
Pendidikan Kemauan
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok
manusia. Hal ini karena manusia merupakan makhluk paedagogik yaitu makhluk yang
dilahirkan membawa potensi yang dapat dididik dan mendidik.1[1]Di
dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana utuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.[2] Salah
satu tujuan pendidikan adalah memaksimalkan potensi manusia, membantu manusia
untuk berkembang mencapai tingkat kesempurnaan yang setinggi-tingginya. Tetapi
apapun program pendidikan yang dijalankan, hasilnya sangat tergantung, paling
tidak, pada dua hal yaitu dasar falsafah dan metode yang digunakan.[3]
Sedangkan kemauan merupakan salah
satu fungsi kehidupan kejiwaan manusia, Dapat diartikan sebagai aktifitas
psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu
tujuan. Adapun tujuan kemauan adalah pelaksanaan suatu tujuan-tujuan yang harus
diartikan dalam suatu hubungan.
Dalam pengertian lain dicontohkan
bahwa kemauan dari segi agama ialah niat atau keinginan yang bersumber dari
hati untuk melakukan sesuatu dengan setulus hati tanpa ada paksaan.
B. Gejalan-Gejala
Kemauan
Setelah kita mengetahui dan
mempelajari tentang pengertian kemauan maka akan kami paparkan gejala-gejala
kemauan diantaranya adalah
1.
Dorongan/motivasi
Dorongan/motivasi ialah daya penggerak di dalam diri orang
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu.
Dorongan di golongkan menjadi 2, yaitu:
a.
Dorongan Nafsu, diantaranya Nafsu makan, nafsu seksual,
sosial, meniru.
b.
Dorongan rokhaniyah, diantaranya keamanan, menonjolkan diri,
ingin tahu, keindahan, kebaikan, kebebasan, bekerja.
2.
Keinginan
Keinginan adalah dorongan nafsu yang tertuju pada suatu
benda atauyang kongkrit, keinginan yang dipraktekan bisa menjadi
kebiasaan.misalnya nafsu makan dapat menimbulan keinginan untuk makan sesuatu.
3.
Hasrat
Hasrat ialah suatu keinginan tertentu yang dapat
diulang-ulang. Adapun cirri-ciri hasrat adalah sebagai berikut:
-
Hasrat merupakan motor penggerak perbuatan dan kelakuan
manusia.
-
Hasrat berhubungan erat dengan tujuan tertent, baik positif
maupun negative.
-
Hasrat selamanya tidak terpisah dari gejala mengenal
(kognisi) dan perasaan (emosi).
-
Hasrat diarahkan kepada penyelenggaraan suatu tujuan.
4.
Nafsu dan Hawa Nafsu
Nafsu adalah dorongan yang terdapat pada tiap-tiap manusia
dan member kekuatan bertindak untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup
tertentu. Sedangkan hawa nafsu adalah kecerendungan atau keinginan sangat kuat
dan mendesak yang sedikit banyak mempengaruhi jiwa seseorang.
C.
Pendidikan Kemauan dalam Islam dan
Singkronisasi Pendapat Para Ahli Pendidikan.
Rasulullah telah mengajarkan kita
tentang pendidikan dapat tercapai tujuannya harus dimulai dari kemauan dan niat
pada diri anak itu sendiri. Seperti apa yang telah dikatakan Rasulullah.
عن علقمة بن وقّاص الليثي يقول سمعت عمر بن
الخطّاب رضي الله عنه على المنبر قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول :
إنّماالاعمال با النّيات وإنّما لكلّ مرئٍ مانوى فمن كانت هجرته الى دنيا يصيبها
او إلى امرأته ينكحها فهجرته الى ماهاجر اليه (رواه البخارى)[4]
Artinya
: “Alqomah bin Waqqash al laitsi berkata, “saya mendengar Umar ibnu Khattab r.a. diatas mimbar berkata,
“ saya mendengar rasulullah saw.
Bersabda sesungguhnya segala perbuatan itu dilandaskan niat dan sesungguhnya
setiap orang mendapatkan apa yang ia niatkan. Maka barang siapa yang tujuan
hijrahnya untuk meraih dunia, atau untuk menikahi wanita, maka hijrahnya
sebatas apa yang menjadi tujuan hijrah itu”. (HR. Bukhari)[5]
Rasulullah
juga bersabda
لاقوني بنياتكم ولا تلاقوني بأعمالكم
Artinya: “hendaklah kamu berusaha
untuk menjumpai aku dengan niat-niat kamu dan janganlah kamu berusaha untuk
menjumpai aku dengan amal-amal kamu”.
Selain kedua hadist diatas, ada juga
hadist yang kualitasnya maudhu’ yang menerangkan tentang kemauan atau minat,
yakni
اذا أردت امرا فعليك باالتؤدة, حتى يريك الله
منه المخراج (رواه البخارى)
Artinya: “apa bila kamu
menghendaki sesuatu (dalam hal kemauan dan cita-cita),hendaklah tunaikanlah
dengan penuh bijaksana (teliti yang sedetail mungkin) sehingga Allah
memperlihatkan bagimu jalan keluarnya untuk meraih cita-cita tersebut.
(HR.Bukhori)[6]
Dari
hadist diatas dapat kita simpulkan bahwa segala amal perbuatan itu bergantung
pada niatnya, termasuk dalam mencari mencari ilmu itu adalah atas dasar niat
dan keinginan yang kuat dari anak didik. Salah satu faktor utama dalam
pencapaian tujuan pendidikan adalah faktor niat/minat/kemauan dari siswa yang
timbul dari hati bukan berasal dari orang lain atau bahkan paksaaan dari orang
lain. Ini juga selaras dengan konsep pendidikan yang digagas oleh Paulo Freire.
Menurutnya Pendidikan merupakan suatu gerakan pembebasan dan penyadaran
manusia. Dikatakan sebagai gerakan pembebasan karena dengan pendidikan maka
masyarakat harus dan dapat terlepas dari himpitan kebodohan, kemiskinan,
kepenyakitan dan tekanan dari pihak luar. Dikatakan sebagai gerakan penyadaran
karena pendidikan mempunyai misi utama untuk membina dan mengembangkan sumber
daya manusia supaya sadar terhadap diri dan lingkungannya serta memahami
pentingnya peranan mereka dalam upaya meningkatkan dan mengubah lingkungan ke
arah yang lebih baik. Freire mengemukakan bahwa pendidikan yang tidak mampu
membelajarkan dan tidak menyadarkan sumber daya manusia tidak perlu diberi hak
hidup.1
Tujuan pendidikan Paulo Freire
adalah tumbuhnya tingkat kesadaran dimana setiap individu mampu melihat sistem
sosial secara kritis atau Paulo Freire menyebutnya dengan istilah “Conscientizacao”.
Mereka anak didik mampu memahami akibat-akibat yang saling kontradiktif dalam
kehidupan mereka sendiri, dapat menggeneralisasikan kontradiksi-kontradiksi
tersebut dalam lingkungan lain disekelilingnya dan dapat mentransformasikan
masyarakat secara kreatif dan bersama-sama.4[7]ketika
anak sudah tumbuh kesadaran dari dalam dirinya, anak tersebut akan mempunyai
niat dari hatinya untuk belajar dan berusaha untuk bisa dan sesuai dengan
konsep Freire ketika itu sudah tumbuh maka tujuan pendidikan akan mudah
tercapai. Ternyata ini tidak berbeda jauh dengan konsep yang sudah disabdakan
oleh Rasulullah yakni segala perbuatan itu tergantung niat atau kemauannya.
Begitu juga dalam belajar, ketika dalam diri anak ada kemauan atau niat untuk
belajar dengan sungguh-sungguh maka Allah akan memberikan kemudahan dalam
keberhasilannya.Senada dengan konsep tersebut menurut Fyans dan Maers (1987)
dalam bukunya bapak Mustaqim (2007:59) mengatakan bahwasanya faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah latar belakang keluarga, kondisi sekolah dan
motivasi.
Selain itu K.H. M. Hasyim Asy’ari dalam
bukunya Adab ‘Alim wa al-Muta’allim memberikan konsep belajar, yakni
bagaimana adab seorang santri/siswa dalam menuntut ilmu agar berhasil dalam
belajarnya. Salah satunya adalah membersihkan niat, dengan cara meyakini bahwa
menunut ilmu hanya didedikasikan kepada Allah swt semata.[8]
Dari uraian hadist-hadist diatas
beserta konsep-konsep pendidikan para ahli pendidikan, sangatlah saling
mendukung dan menguatkan akan pentingnya pendidikan minat atau kemauan pada
diri masing-masing anak. Karena ketika seseorang dalam hatinya sudah tumbuh
semangat untuk belajar maka tidak akan ada kata putus asa lagi untuk selalu
menimba ilmu Allah. Karena Allah akan selalu memperlihatkan hasil dari apa yang
sudah dilakukan oleh umatnya, seperti firman-Nya dalam Al-qur’an Surat al-Najm
ayat 39-40 berikut ini[9]:
br&ur
}§ø©9
Ç`»|¡SM~Ï9
wÎ)
$tB
4Ótëy
ÇÌÒÈ ¨br&ur
¼çmu÷èy
t$ôqy
3tã
ÇÍÉÈ
Artinya: “Dan bahwasanya seorang
manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, Dan bahwasanya
usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya)”.
Sudahlah jelas bahwa konsep-konsep
pendidikan minat atau kemauan yang disabdakan Rasulullah sangat sesuai dan
selaras dengan pemikiran para pakar pendidikan yang ada, dan tidak
bertentangan. Tanpa minat dan kemuan dari diri seseorang tujuan pendidikan akan
sulit tercapai.
Dari uraian diatas, dapat dipaparkan
ketika hati kita sudah mempunyai niat/kemauan untuk belajar dengan ihlas dan
sungguh-sungguh, maka keberhasilan yang akan kita dapat seperti kalam khikmah
yang terkenal diantara kita setiap harinya من جدّ وجد, barang siapa yang tekun dan bersungguh akan berhasil dalam
usahanya.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
1. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana utuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
2. Kemauan merupakan salah satu fungsi
kehidupan kejiwaan manusia, dapat diartikan sebagai aktifitas psikis yang
mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan.
3. Kemauan di dalam konsep Islam dapat
diartikan niat yang timbul dari hati.
4. Dalam konsep Islam, Segala amal
perbuatan tergantung pada niat/minat/kemauan seseorang.
5. Menurut Paulo Freire,
Pendidikan merupakan suatu gerakan pembebasan dan penyadaran manusia.
6. Sedangkan
Fyans dan Maers mengatakan
bahwasanya faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah latar belakang
keluarga, kondisi sekolah dan motivasi
7. Konsep pendidikan kemuan/niat yang
disabdakan oleh Rasulullah bersinergi dengan konsep pendidikan para pakar
pendidikan diantaranya oleh Paulo Freire,
Fyans dan Maers, bahkan ulama’ kita
yaitu KH. M. Hasyim Asy’ari.
- Saran dan Harapan
Dengan penulisan makalah ini dapat
dijadikan acuan seorang pendidik bahwa salah satu kunci keberhasilan dalam
proses belajar mengajar adalah membangkitkan minat, kemuan, dan niat dalam
tholabul ilmi. Ketika faktor itu sudah tertanam dalam jiwa anak didik,
pendidikan akan berlangsung seimbang dan mendukung dalam mencapai tujuan
pendidikan.
Demikian makalah
yang kami susun, pastilah dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan karena kami sadar ini merupakan keterbatasan dari kami. Makanya
kami mengharap kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Al
Banna, Hasan, Imam Nawawi, Al-Maktsurat dan Hadist Arba’in, (Jakarta:
Gema Insani, 2007)
Asy’ari,
KH.M. Hasyim, Menjadi Orang Pinter dan Bener (Adab Ta’lim wa Muta’allim), (Jogjakarta:
CV. Qalam, 2003)
A.
Smith, William, Conscientizacao Tujuan Pendidikan Paulo Freire,
(Yogyakarta: Read Book dan Pustaka Pelajar)
Bakry,M.Ag,
Drs. H.Sama’un, Menggagas Konsep Ilmu Pendidikan Islam, (Bansung:
Pustaka Bani Quraisy, 2005)
Daradjat,
Zakiah, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996)
Hasyimi,
Syekh Ahmad. Mukhtarul Hadist Nabawi, (Semarang: Al-Alawiyah)
Rakhmat,
Jalaluddin, Catatan Kang Jalal (Visi Media, Politikdan Pendidikan),
(Bandung: Rosdakarya, 1998)
Suwarno,
Wiji, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006)
Yazid,
A, dan Koho, Qasim, Himpunan Hadist Lemah dan Palsu,(Surabaya: PT. Bina
Ilmu, 2000)
[1]
Zakiah Daradjat, dkk.,
Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm.16.
[2] Wiji Suwarno, Dasar-dasar
Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006), hlm. 21-22
[3] Jalaluddin Rakhmat, Catatan
Kang Jalal (Visi Media, Politikdan Pendidikan), (Bandung: Rosdakarya,
1998), hlm.351.
[4]
Hasan Al Banna, Imam
Nawawi, Al-Maktsurat dan Hadist Arba’in, (Jakarta: Gema Insani, 2007),
hlm. 43
[5] Syekh Ahmad Hasyimi. Mukhtarul
Hadist Nabawi, (Semarang: Al-Alawiyah). Hlm. 53
[6] A. Yazid dan Qasim Koho, Himpunan
Hadist Lemah dan Palsu,(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2000), hlm. 373
[8] KH.M. Hasyim Asy’ari, Menjadi
Orang Pinter dan Bener (Adab Ta’lim wa Muta’allim), (Jogjakarta: CV. Qalam,
2003), hlm. 27
[9]
Drs. H.Sama’un Bakry,M.Ag, Menggagas
Konsep Ilmu Pendidikan Islam, (Bansung: Pustaka Bani Quraisy, 2005), hlm. 67