BAB III
KONSEP
PEMIKIRAN ABDULLAH ULWAN
TENTANG
AKHLAK
A.
Biografi Abdullah Ulwan
Tidak banyak sumber data untuk
biografi Dr. Abdullah Nashih Ulwan. Biografi Dr. Abdullah Nashih Ulwan ini
penulis susun sebagian besar bersumber pada
tulisan Muhammad Abdulloh
Uswah bin Suradi[1]
dan beberapa tambahan dari biodata penulis dalam buku Tarbiyatul Aulad fil
Islam jilid II dan سيرة الشيخ
dalam situs http://www.abdullahelwan.net/
Dr. Abdullah Nashih Ulwan dilahirkan
pada tahun 1928 di Daerah Qadhi Askar yang terletak di kota Halab, Syria.
Beliau dibesarkan dalam keluarga yang berpegang teguh pada agama dan
mementingkan akhlak Islam dalam pergaulan dan muamalat sesama manusia.
Ayah Dr. Abdullah Nashih Ulwan adalah
Syeikh Said Ulwan. Syeikh Said Ulwan di kalangan masyarakat dikenal sebagai
seorang ulama dan tabib yang disegani. Selain menyampaikan risalah Islam di
seluruh pelosok kota Halab, beliau juga menjadi tumpuan untuk mengobati
berbagai penyakit dengan ramuan akar kayu yang dibuat sendiri. Ketika merawat
pasien, lidahnya senantiasa membaca Al-Quran dan menyebut nama Allah.
Syeikh Said Ulwan senantiasa mendoakan
semoga anak-anaknya lahir sebagai seorang ulama (murabbi) yang dapat
memandu masyarakat. Allah mengabulkan doa beliau dengan lahirnya Abdullah
Nashih Ulwan. Pada akhirnya Dr. Abdullah
Nashih Ulwan menjadi seorang ulama (murabbi), pendidik rohani dan
jasmani yang disegani di abad ini.
Dr. Abdullah Nashih Ulwan mulai terjun
sebagai pendakwah (da’i) setelah lulus dari Al-Azhar. Dr. Abdullah Nashih Ulwan
kemudian dilantik sebagai guru sebuah lembaga pendidikan di kota Halab.
Dr. Abdullah Nashih Ulwanlah orang
pertama yang memperkenalkan mata pelajaran Tarbiyah Islamiyah sebagai
mata pelajaran dasar pada kurikulum pada lembaga pendidikan tersebut.
Selanjutnya mata pelajaran Tarbiyah Islamiyah ini menjadi mata pelajaran
yang wajib diambil oleh pelajar-pelajar tingkat menengah di seluruh Syria.
Dr. Abdullah Nashih Ulwan telah
meletakkan suatu prinsip dasar sebagai senjata pendidikan Islam yang sangat
berkesan dalam mendidik generasi muda. Prinsip yang digunakan ialah guru
sebagai orangtua pelajar, mendidik mereka seperti mendidik anak-anak sendiri.
Beliau telah meletakkan prinsip yang sangat tinggi dalam pendidikan, yaitu
membawa dan membimbing pelajar ke arah mencintai Islam dan berakhlak islami
serta sanggup melakukan apa saja untuk memenangkan Islam.
Semasa menjadi guru di lembaga
pendidikan di kotar Halab, Dr. Abdullah Nashih Ulwan telah menerima berbagai
undangan untuk menyampaikan kuliah dan ceramah di berbagai tempat. Selain itu
Dr. Abdullah Nashih Ulwan juga menjadi penceramah di beberapa universitas di
Syria.
Dr. Abdullah Nashih Ulwan tidak pernah
mengenal lelah dan letih untuk menyebarkan risalah Allah; agama Islam. Seluruh
waktunya diberikan untuk dakwah islamiyah. Masjid-masjid di sekitar
Halab dan sekitarnya senantiasa dipadati pengunjung untuk mendengar kuliah yang
beliau sampaikan. Di mana saja Dr. Abdullah Nashih Ulwan menyampaikan ceramah
dan kuliah selalu dibanjiri ribuan manusia. Masyarakat yang dahaga akan ilmu
pengetahun dan tarbiah Islamyiah akan menjadikan Dr. Abdullah Nashih
Ulwan sebagai tempat rujukan.
Dr. Abdullah Nashih Ulwan turut
berjuang menghapuskan faham jahiliyah dan kebodohan dalam pemikiran masyarakat
dengan nasehat-nasehat yang bersumber pada cahaya hidayah rabbani.
Beliau telah menggunakan Masjid Umar bin Abd Aziz sebagai pusat pendidikan
generasi muda di Syria. Kuliah yang disampaikan di masjid Umar bin Abd Aziz
meliputi materi Fiqh, Tafsir dan Sirah (Sejarah). Di samping memberi
kuliah keagamaan atau pengajian, Dr. Abdullah Nashih Ulwan juga telah mendidik
pemuda-pemuda dengan ketrampilan berpidato, kepenulisan serta ketrampilan
berdakwah.
Hasil pendidikan yang dilakukan Dr.
Abdullah Nashih Ulwan ini adalah telah lahirnya ratusan generasi muda yang
berakhlak mulia dan menjadi agen penggerak dakwah Islamyiah di Syria.
Walaupun sibuk dengan tugas
menyampaikan risalah Islam di berbagai tempat, Dr. Abdullah Nashih Ulwan juga
terkenal di kalangan masyarakat sebagai seorang yang berbudi luhur. Dr.
Abdullah Nashih Ulwan menjalin hubungan baik dengan anggota masyarakat dan
senantiasa bersedia menolong masyarakat apabila diperlukan. Dr. Abdullah Nashih
Ulwan juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ulama-ulama Syria. Bahkan
Dr. Abdullah Nashih Ulwan juga menjadi anggota Majlis Ulama Syria. Beliau
sangat dihormati di kalangan mereka.
Dr. Abdullah Nashih Ulwan adalah
seorang yang giat dalam gerakan Islam. Dr. Abdullah Nashih Ulwan mengabdikan
diri untuk dakwah dan bergabung dengan
Jam’iyah lkhwanul Muslimin. Dr. Abdullah Nashih Ulwan menjalin hubungan
yang erat dengan Asy-Syahid Abdul Qadir `Audah, Sayyid Qutb dan Al-Ustaz Abdul
Badi' Shaqar (Rahimahumullah Jami'an).
Siapa saja yang menelusuri jejak dakwah
Islamiyah pasti akan diuji oleh Allah. Ujian tersebut untuk membuktikan
kebenaran dakwah yang dibawa serta menambahkan keyakinan dan ketawakkalan
yang utuh hanya kepada Allah. Allahlah yang berhak memberi nusrah kepada
siapa yang dikehendaki. Dr. Abdullah Nashih Ulwan juga menerima ujian ini,
sehingga memaksa beliau meninggalkan Syria pada tahun 1979 menuju ke Jordan.
Semasa di Jordan beliau terus menjalankan peranan sebagai da’i. Beliau selalu
menyampaikan kuliah dan ceramah di berbagai tempat. Beliau juga menerima
undangan di masjid-masjid untuk memberikan ceramah pada acara-acara peringatan
hari kebesaran Islam dan juga ceramah-ceramah umum.
Dr. Abdullah Nashih Ulwan meninggalkan
Jordan pada tahun 1980 setelah mendapat tawaran sebagai dosen di Fakultas
Pengajian Islam Universitas Malik Abdul Aziz, Jeddah, Saudi. Beliau menjadi
dosen di universitas tersebut hingga beliau wafat.
B. Pemikiran
Abdullah Ulwan dalam Tarbiyatul Aulad fil Islam Tentang Akhlak
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak
Pembentukan
akhlak anak merupakan bagian dari pendidikan akhlak (التربية
الخلقيّة). Adapun yang dimaksud
dengan pendidikan akhlak
menurut
Dr.
Abdullah Ulwan adalah;
“Serangkaian prinsip
dasar akhlak dan keutamaan sikap serta watak atau tabiat yang harus dimiliki
dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa pemula hingga ia menjadi seorang muallaf
yakni siap mengarungi lautan kehidupan. [2]
Dr.
Abdullah Nashih Ulwan juga mengutip dan sependapat dengan Imam Ghazali yang
menyatakan bahwa cara memelihara anak yang baik adalah dengan mendidik dan
mengajarkan akhlak yang mulia kepadanya. [3]
Menurut
Dr. Abdullah Nashih Ulwan bentuk-bentuk tanggung jawab orang tua dalam bidang pendidikan
akhlak anak antara lain[4];
1.
memperbaiki jiwa
2.
meluruskan penyimpangan
3.
mengangkat (menghidarkan) dari
kehinaan
4.
menganjurkan pergaulan dengan
orang lain secara baik
5.
membiasakan berlaku benar sejak
kecil
6.
membiasakan untuk dapat dipercaya
7.
mengajarkan ke-istiqamah-an
8.
mendidik untuk mementingkan orang
lain
9.
membiasakan untuk menolong orang
yang membutuhkan bantuan
10. mendidik untuk menghargai (menghormati) orang tua
11. mendidik untuk menghormati tamu
12. membiasakan untuk berbuat baik kepada tetangga sejak kecil
13. mengajarkan untuk mencintai orang lain.
14. membersihkan lidah anak dari kata-kata kotor
15. mengajarkan untuk mengasihi dan menyayangi yatim, kaum fakir,
janda, dan kaum miskin.
2. Hubungan Pendidikan Akhlak dan Pendidikan Iman
Dr.
Abdullah Nashih Ulwan, dalam buku Tarbiyatul Aulad fi Al-Islam
menempatkan pendidikan akhlak pada
urutan kedua dalam tujuh tanggung jawab pendidik yang
Beliau susun secara hirarkis. Adapun urutan pertama adalah pendidikan iman.[5]
Pendidikan
akhlak sangat berhubungan dengan pendidikan iman. Pendidikan iman merupakan
dasar dari enam aspek pendidikan lainya; pendidikan akhlak, pendidikan fisik,
pendidikan rasio (nalar), pendidikan psikologis (kejiwaan), pendidikan sosial,
dan pendidikan seksual.
Bagi
Dr. Abdullah Nashih Ulwan, iman kepada Allah swt. merupakan dasar pendidikan
akhlak dan kejiwaan anak-anak. Ada
hubungan yang erat antara pendidikan iman dan pendidikan akhlak. Berdasarkan
beberapa pemikiran para ahli pendidikan dan moral kenamaan tingkat dunia, Dr.
Abdullah Nashih Ulwan menyimpulkan bahwa;
“Iman kepada Allah
swt. merupakan dasar pendidikan perbaikan dan pendidikan bagi anak-anak baik
secara moral maupun psikis. …...dan ada pertalian yang erat antara iman,
akhlak, dan akidah, dengan perbuatan.” [6]
Pada
bagian lain Dr. Abdullah Nashih Ulwan menyatakan bahwa;
“akhlak, sikap dan
tabiat merupakan salah satu buah iman yang kuat dan pertumbuhan sikap
keragamaan seseorang yang benar.” [7]
“pendidikan iman
merupakan faktor yang dapat meluruskan tabiat yang menyimpang dan meperbaiki
jiwa kemanusian. Tanpa pendidikan iman, maka perbaikan, ketentraman dan moral
tidak akan tercipta.” [8]
Salah
satu unsur dari pendidikan iman adalah memerintah anak untuk beribadah ketika
telah memasuki usia tujuh tahun. [9]
Perintah beribadah kepada anak ini merupakan salah satu faktor yang sangat
mendukung bagi pembentukan akhlak anak, terutama akhlak kepada Allah.
“…..sehingga ketika
anak tumbuh besar, ia telah terbiasa melakukan dan terididik untuk mentaati
Allah, melaksanakan hak-Nya, bersyukur kepada-Nya, kembali kepada-Nya,
berpegang teguh kepada-Nya, bersandar kepada-Nya dan berserah diri kepada-Nya.
Di samping itu, anak akan mendapatkan kesucian rohani, kesehatan
jasmani, kebaikan akhlak, perkataan dan perbuatan di dalam ibadah-ibadah ini.” [10]
Salah
satu unsur pendidikan iman yang mempunyai hubungan dengan pembentukan akhlak
anak adalah mendidik anak untuk membaca Al-quran. Menurut Dr. Abdullah Nashih
Ulwan, salah satu hasil dari pendidikan Al-Qur’an kepada anak adalah;
“lisan mereka menjadi
mulia, hati mereka menjadi tenang, air mata mudah berlinang dan iman serta
keyakinan akan meresap di dalam jiwa mereka.” [11]
Pada
bagian selanjutnya Dr. Abdullah Nashih Ulwan semakin menyakinkan bahwa
pendidikan Al-qur’an kepada anak dapat menjamin keselamatan anak dari
kenakalan;
“…sehingga mereka
dapat menjamin keselamatan akidah anak dari penyimpangan, kemurtadan dan
kenakalan.” [12]
3. Subjek Pembentukan Akhlak Anak
Dr.
Abdullah Nashih Ulwan selalu merujuk pada Al-Qur’an dan Hadits dalam
menguraikan metode pendidikan. Begitu juga dalam hal pendidikan akhlak. Menurut
Dr. Abdullah Nashih Ulwan, Islam sangat memperhatikan pendidikan anak-anak dari
aspek akhlak dan memberikan petunjuk yang sangat berharga dalam membentuk anak dan
mengajarkan akhlak yang tinggi. [13]
Berdasarkan
analisa atas beberapa hadits tentang pendidikan akhlak, Dr. Abdullah Nashih
Ulwan menyimpulkan bahwa yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan
akhlak anak-anak adalah orang tua.
“ para pendidik, terutama
ayah dan ibu mempunyai tangung jawab sangat besar dalam mendidik anak-anak
dengan kebaikan dan dasar-dasar moral(akhlak).” [14]
Pemikiran Dr. Abdullah nashih Ulwan ini
sejalan dengan Jamaal Abdur Rahman. Menurut Beliau, para ulama’ mengatakan
bahwa seorang anak adalah amanat bagi kedua orang tuanya. Berdasarkan Al-qur’an
dan hadits, Jamaal Abdur Rahman menyimpulkan bahwa mendidik dan mengajar anak
merupakan tugas yang harus dilakukan oleh setiap orang tua.[15]
4. Metode Pendidikan Akhlak Anak
Sebagaimana
telah kami uraikan pada Bab III, Dr. Abdullah Nashih Ulwan menjelaskan lima
metode pendidikan untuk membentuk dan mempersiapkan anak secara mental dan
moral, saintikal, spiritual, dan sosial, sehingga anak dapat mencapai
kematangan yang sempurna. Kelima metode pendidikan anak tersebut adalah;[16]
a. Pendidikan dengan keteladanan
b. Pendidikan dengan adat istiadat
c. Pendidikan dengan nasihat
d. Pendidikan dengan memberikan perhatian
e. Pendidikan dengan
memberikan hukuman.
1.)
Pendidikan dengan
keteladanan
Metode keteladanan dalam pendidikan merupakan metode
yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak
dalam moral, spiritual, dan sosial.[17]
Oleh karena itu orang tua dan pendidik di tuntut untuk menjadi contoh terbaik
bagi anak dan anak didiknya.
2.)
Pendidikan dengan adat
istiadat (meliputi pengajaran dan pembiasaan)
Yang dimaksud pengajaran adalah upaya teoritis dalam
perbaikan dan pendidikan. Adapun yang dimaksud dengan pembiasaan adalah upaya
praktis dan pembentukan atau pembinaan dan persiapan.
Dr. Abdullah Nashih Ulwan menganjurkan para pendidik
dan orang tua memusatkan perhatian pada pengajaran anak-anak tentang kebaikan
dan upaya membiasakannya sejak ia mulai memahami realita kehidupan. [18]
Ada
beberapa hal penting yang harus diketahui oleh para pendidik dalam hal
mengajarkan kebaikan kepada anak-anak dan membiasakan mereka berbudi luhur.
Hal-hal penting tersebut adalah;
a.
mengikuti metode pemberian
dorongan dengan kata-kata yang baik, memberi hadiah
b.
memakai metode pengenalan untuk
disenangi (targhib) dan pengenalan untuk dibenci (tarhib)
c.
Jika dipandang membawa maslahat,
dapat memberikan hukuman untuk meluruskan anak
3.)
Pendidikan dengan nasihat
Metode pendidikan dengan nasihat merupakan metode yang
penting sebab nasihat dapat membukakan mata anak-anak pada hakekat sesuatu.
Nasihat juga dapat mendorong anak untuk berakhlak mulia. Nasihat juga dapat
digunakan untuk membekali anak dengan prinsip-prinsip Islam.[19]
Nasihat yang tulus, jika memasuki jiwa yang bening,
hati yang terbuka, akal yang bijak dan berpikir, maka nasihat tersebut akan
mendapat tanggapan secepatnya dan meningkatkan bekas yang dalam.[20]
Adapun metode penyampaian nasihat dapat kita pelajari
dalam Al-Quran dan sunnah Nabi. Metode Al-Quran dan Rasulullah dalam memberikan
nasihat dan pendidikan mempunyai ciri tersendiri. Di antara ciri-ciri tersebut
adalah sebagai berikut [21]
a.
Menggunakan seruan untuk
memberikan kepuasan dengan kelembutan atau penolakan.
b.
Menggunakan metode cerita dengan
disertai tamsil ibarat dan nasihat.
c.
Menggunakan wasiat dan nasihat
untuk memberi pengarahan. Pengarahan dapat dilakukan dengan berbagai teknik;
1.
menggunakan kata penguat (taukid)
2.
menggunakan kata tanya yang
berarti kecaman
3.
memberikan argumentasi logika
4.
menggunakan nilai-nilai Islam yang
universal
5.
menggunakan kaidah-kaidah
yurisprudensi
6.
menggunakan metode dialog
7.
menggunakan sumpah kepada Allah
8.
menggunakan humor untuk
menghilangkan kejemuan,
9.
menggunakan nasihat yang berwibawa
10. memberikan perumpamaan
11. memberikan peragaan tangan
12. memberikan peragaan gambar
13. memberikan peragaan praktis (praktek)
14. mempergunakan kesempatan bagi siapa saja yang hendak diberi
petunjuk dan nasihat agar lebih membekas.
15. memilih suatu permasalahan yang lebih penting
16. menampakkan sesuatu yang haram
4.)
Pendidikan dengan
memberikan perhatian
Pendidikan dengan memberi perhatian adalah mencurahkan
perhatian dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dan selalu bertanya
tentang kesehatan jasmani dan pengetahuan ilmiahnya.[22]
Memberikan perhatian merupakan unsur utama dari
pendidikan anak, sehingga jika anak lalai, segera diperingatkan. Jika anak
melencengkan, segera diluruskan. Jika anak melihat kemungkaran, segera dicegah
agar tidak mendekatinya. Jika anak berbuat kebaikan, segera mendapat motivasi
dan ucapan terima kasih. [23]
5.)
Pendidikan dengan memberikan hukuman.
1.
lemah lembut dan kasih
sayang
2.
memperingatkan atau
menghukum dengan teknik yang sesuai dengan tabiat anak
3.
dalam memperbaiki
kesalahan anak, hendaknya dilakukan secara bertahap, dari yang paling ringan
hingga yang paling keras.
a. menunjukkan kesalahan dengan pengarahan
b. menunjukkan kesalahan dengan keramahtamahan
c. menunjukkan kesalahan dengan memberi isyarat
d. menunjukkan kesalahan dengan kecaman
e.
menunjukkan kesalahan dengan memutuskan
hubungan (meninggalkannya)
f. menunjukkan kesalahan dengan memukul
g. menunjukkan kesalahan dengan memberi hukuman yang menjerakan.
Pada bagian lain, Dr. Abdullah Nashih Ulwan
menguraikan secara lebih ringkas tentang cara dan dasar-dasar pendidikan
akhlak. Cara-cara dan dasar-dasar pendidikan akhlak tersebut adalah;[26]
- Menghindari peniruan dan taklid buta
- tidak terlalu larut dalam kesenangan dan kemewahan
- tidak memutar musik dan lagu-lagu porno
- tidak bersikap dan bergaya menyerupai wanita
- tidak bepergian, pamer diri, bergaul bebas, dan menyaksikan hal-hal yang haram.
Klasifikasi metode pendidikan Islam oleh Dr.
Abdullah Nashih Ulwan merupakan klasifikasi yang lebih lengkap dan slebih
sistematis apabila dibandingkan dengan pemikiran Syekh Khalid maupun Jamaal
Abdur Rahman.
Syekh Khalid bin Abdurrahman Al-‘Akk
menguraikan metode pendidikan Islam meliputi; mengikuti Al-Qur’an dan Sunah,
teladan yang baik, nasihat yang baik, dan motivasi.[27]
Sedangkan Jamaal Abdur Rahman tidak melakukan klasifikasi metode pendidikan
secara sistematis.
Adapun menurut Hamdani Ihsan dan A.
Fu’ad Ihsan sebagaiman dikutip Drs. H. Samaun Bakry, M.Ag. mengklasifikasikan
metode pendidikan Islam berdasarkan prinsip-prinsip psikologis. Prinsip-prinsip
tersebut meliputi; memberikan suasana kegembiraan, memberikan layanan dan
santunan dengan lemah lembut, memberikan model perilaku yang baik, mendorong
anak untuk praktek secara aktif, dan memberikan bimbingan dan penyuluhan.[28]
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Akhlak
Keberhasilan pendidikan anak dipengaruhi oleh tiga
faktor utama;[29]
a.
Faktor keluarga
Keluarga yang dapat
mendidik anak dengan baik merupakan faktor paling utama yang menentukan
keberhasilan pendidikan, termasuk di dalamnya pendidikan akhlak
b.
Faktor lingkungan
Lingkungan tempat bergaul
anak juga dapat mempengaruhi dan membentuk gaya hidup dan tabiat anak.
c.
Faktor iklim pendidikan
Iklim pendidikan yang
kondusif akan membuat anak merasa nyaman dan betah dalam menjalani pendidikan.
Dr. Abdullah Nashih Ulwan
menyatakan;
“Sehingga jika seorang anak mendapat pendidikan
dari keluarga yang baik, dibesarkan dalam lingkungan yang sholeh serta iklim
pendidikan yang kondusif, maka anak akan tumbuh besar dengan landasan iman yang
kuat, berakhlak mulia dan berpendidikan yang baik.” [30]
Ketiga faktor yang mempengaruhi pendidikan akhlak anak
di atas oleh Drs. Sama’un Bakry disebut milieu yang meliputi; lingkungan
alam dan lingkungan sosial. Lingkungan sosial meliputi lingkungan keluarga
(rumah tangga), sekolah, dan masyarakat. Drs. Sama’un Bakry menyimpulkan bahwa
para ahli pendidkan sepakat bahwa perkembangan jiwa anak akan dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan tempat anak tersebut berada.[31]
6. Penyebab Kerusakan Akhlak
Dalam buku Tarbiyatul Aulad fi Al-Islam, Dr.
Abdullah Nashih Ulwan menguraikan beberapa fakta sosial tentang peran orang tua
dan pengaruh lingkungan terhadap pendidikan akidah dan akhlak anak. Beberapa
penyebab rusaknya akidah dan akhlak anak adalah; [32]
a.
orang tua memasukkan anak pada
lembaga pendidikan non-Islam
b.
orang tua menyerahkan pendidikan
anak pada guru kafir
c.
orang tua memperkenankan anak
membaca dan mengkaji buku-buku sekuler
d.
orang tua mengendorkan
perhatiannya terhadap anak sehingga bebas bergaul dengan teman-teman yang
jahat.
e.
orang tua memberi kesempatan
kepada anaknya begabung dengan organisasi kafir.
Selain faktor kelalaian orang tua, Dr. Abdullah Nashih
Ulwan juga menguraikan beberapa faktor penyebab timbulnya perbuatan amoral dan
kenakalan anak-anak. Faktor-faktor tersebut meliputi;[33]
a.
bergaul dnegan teman yang jahat
b.
menonton film porno
c.
tersedianya sarana untuk
menyaksiskan adegan prono
d.
bacaan cabul
e.
membuka aurat
f.
lemahnya pengawasan orang tua saat
anak keluar rumah
g.
lemahnya pemantauan orang tua
terhadap barang-barang anak
Pada sisi lain, Dr. Abdullah Nashih Ulwan mengingatkan
para orang tua dan pendidik untuk mengindarkan anak-anak dari akhlak-akhlak
tercela yang sudah menjadi fenomena di mana-mana. Akhlak-akhak tercela tersebut
adalah[34];
a.
Suka berbohong
- Suka mencuri
- Suka mencela dan mencemooh
- Kenakalan dan penyimpangan
Secara lebih sistematis, Syekh Khalid membagi problem
pendidikan akhlak yang perlu diwaspadi menjadi tiga kelompok yaitu; 1) problem
yang bersifat pemikiran, kejiwaan, dan pergaulan, 2) problem fisik dan
kesehatan, dan 3) problem perilaku durhaka dan seksual.[35]
C. Konsep
Pembelajaran Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
1. Ruang Lingkup dan
Materi mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
merupakan salah satu mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) yang
mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan
terhadap al-asma' al-husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak
terpuji dan adab Islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Standar Kompetensi Lulusan mata pelajaran Aqidah Akhlaq
untuk Madrasah Ibtidaiyah adalah mengenal dan meyakini
rukun iman, pembiasaan dalam mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah dan al-asma’
al-husna, serta pembiasaan dalam pengamalan akhlak terpuji dan adab Islami
serta menjauhi akhlak tercela dalam perilaku sehari-hari.[36]
Mata pelajaran Akidah Akhlaq meliputi aspek aqidah dan aspek akhlak. Aspek
akidah menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan/keimanan
yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna.
Aspek akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan
menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.[37]
Secara substansial
mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi
kepada peserta didik untuk mempraktikkan al-akhlakul karimah dan adab
Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir,
serta Qada dan Qadar.
Al-akhlak al-karimah ini sangat
penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan sejak dini oleh peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif era
globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara
Indonesia.
Mata Pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:
a.
Menumbuhkembangkan akidah melalui
pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada
Allah SWT;
b. Mewujudkan manusia Indonesia
yang berakhlak mulia dan menghindari
akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun
sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.[38]
Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah berisi pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan
dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta
pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk dapat
dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk
jenjang pendidikan berikutnya.
Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di
Madrasah Ibtidaiyah meliputi:
a.
Aspek akidah (keimanan) meliputi:
1)
Kalimat thayyibah sebagai
materi pembiasaan, meliputi: Laa ilaaha illallaah, basmalah, alhamdulillaah,
subhanallaah, Allaahu Akbar, ta’awwudz, maasya Allah, assalaamu’alaikum,
salawat, tarji’, laa haula walaa quwwata illaa billah, dan istighfaar.
2)
Al-asma’ al-husna
sebagai materi pembiasaan, meliputi: al-Ahad, al-Khaliq, ar-Rahmaan,
ar-Rahiim, as- Samai’, ar-Razzaaq, al-Mughnii, al-Hamiid, asy-Syakuur,
al-Qudduus, ash-Shamad, al-Muhaimin, al-‘Azhiim, al- Kariim, al-Kabiir,
al-Malik, al-Baathin, al-Walii, al-Mujiib, al-Wahhiab, al-’Aliim, azh-Zhaahir,
ar-Rasyiid, al-Haadi, as-Salaam, al-Mu’min, al-Latiif, al-Baaqi, al-Bashiir,
al-Muhyi, al-Mumiit, al-Qawii, al-Hakiim, al-Jabbaar, al-Mushawwir, al-Qadiir,
al-Ghafuur, al-Afuww, ash-Shabuur, dan al-Haliim.
3)
Iman kepada Allah dengan
pembuktian sederhana melalui kalimat thayyibah, al-asma’ al-husna dan
pengenalan terhadap salat lima
waktu sebagai manifestasi iman kepada Allah.
4)
Meyakini rukun iman (iman kepada
Allah, Malaikat, Kitab, Rasul dan Hari akhir serta Qada dan Qadar Allah)
b. Aspek akhlak meliputi:
1) Pembiasaan akhlak
karimah (mahmudah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan
jenjang kelas, yaitu: disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur
nikmat, hidup sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang,
taat, rukun, tolong-menolong, hormat dan
patuh, sidik, amanah, tablig, fathanah, tanggung jawab, adil, bijaksana,
teguh pendirian, dermawan, optimis, qana’ah, dan tawakal.
2) Mengindari akhlak
tercela (madzmumah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan
jenjang kelas, yaitu: hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong,
malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir,
serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik, dan murtad.
c. Aspek adab Islami,
meliputi:
1) Adab terhadap diri
sendiri, yaitu: adab mandi, tidur, buang air besar/kecil, berbicara, meludah,
berpakaian, makan, minum, bersin, belajar, dan bermain.
2) Adab terhadap Allah,
yaitu: adab di masjid, mengaji, dan beribadah.
3) Adab kepada sesama,
yaitu: kepada orang tua, saudara, guru, teman, dan tetangga
4) Adab terhadap
lingkungan, yaitu: kepada binatang dan tumbuhan, di tempat umum, dan di jalan.
d. Aspek kisah teladan, meliputi: Kisah Nabi Ibrahim mencari
Tuhan, Nabi Sulaiman dengan tentara semut, masa kecil Nabi Muhammad SAW, masa
remaja Nabi Muhammad SAW, Nabi Ismail, Kan’an, kelicikan saudara-saudara Nabi
Yusuf AS, Tsa’labah, Masithah, Ulul Azmi, Abu Lahab, Qarun, Nabi
Sulaiman dan umatnya, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus dan Nabi Ayub. Materi
kisah-kisah teladan ini disajikan sebagai penguat terhadap isi materi, yaitu
akidah dan akhlak, sehingga tidak ditampilkan dalam Standar Kompetensi, tetapi
ditampilkan dalam kompetensi dasar dan indikator.[39]
2. Metode dan Tehnik
Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah
Metode pembelajaran
Aqidah Akhlaq di Madrasah Ibtidaiyah meliputi;
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Penugasan/resitasi
d. Bermain peran
e. Demonstrasi
f. diskusi
Metode-metode tersebut disesusiakan dengan materi pelajaran yang hendak
disampaikan. Adapun langkah-langkah pembelajaran Aqidah Akhlaq di Madrsah Ibtidaiyah meliputi;
a. Kegiatan awal
Bentuk atau
teknik kegiatan awal juga disesuaikan dengan materi pelajaran, antara lain
berbentuk;
1) Tanya tawab tentang
materi pelajaran sebelumnya
2) Elaborasi pengalawan
siswa
3) Menyusun pengertian
dengan kalimat/kata-kata sisiwa
4) Mengajak siswa diajak
berdoa dan menyiapkan alat belajar
b. Kegiatan inti
Bentuk atau
teknik kegiatan inti juga disesuaikan dengan materi pelajaran, antara lain
dengan aktifitas;
1) Eksplorasi
a) Menjelaskan
pengertian, bukti, tatacara, ciri-ciri, alasan rasional, contoh, akibat/manfaat
b) Menyebutkan
c) Menghafal
d) Praktek
e) Menulis
f) Melafalkan
2) Elaborasi
a) Siswa saling bertanya
b) Memberi
tauladan/contoh suatu sikap
c) Memberi tugas
d) Diskusi kelompok
3) Konfirmasi
a) Memberi motivasi
b) Membaca dan ditirukan
c) Memberi pertanyaan
umpan balik
c. Kegiatan penutup
Bentuk atau
teknik kegiatan penutup juga disesuaikan dengan materi pelajaran, antara lain dilakukan
dengan cara;
a) Mencatat/Meringkas/merangkum
b) Menyanyi
c) Memberi tugas/PR
kelompok
d) Diskusi hasil
pekerjaan siswa
e) Menyimpulkan kembali
materi yang telah disampaikan
f) Evaluasi
hafalan/pemahaman siswa.
3. Strategi
Pembelajaran
Kegiatan dan strategi yang digunakan dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berupa Pembelajaran
berbasis masalah, yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan
masalah-masalah yang ada di dunia nyata atau di sekelilingnya.
Pendekatan-pendekatan yang digunakan
dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak ini adalah :
a. Pendekatan rasa (kalbu),
yaitu pendekatan untuk menggugah perasaan siswa dalam memahami dan meyakini
kebenaran ajaran dan syariat Islam dengan menghayati nilai-nilai yang
terkandung dalam sejarah Islam.
b.
Pendekatan rasional, yaitu usaha untuk memberikan peranan rasio
(akal) dalam memahami peristiwa sejarah dan perkembangan peradaban Islam
c.
Pendekatan keteladanan, yaitu usaha menanamkan nilai melalui
keteladanan, baik yang langsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab
antar personal sekolah, perilaku para pendidik dan tenaga kependidikan lain,
maupun dengan menampilkan kisah-kisah teladan.
Adapun
pendekatan yang tepat untuk pelajaran Akhlak adalah pendekatan keteladanan,
pembiasaan dan pengalaman. Sedangkan pendekatan yang cocok untuk Aqidah adalah
pendekatan emosional dan rasional.
Ditinjau
dari peran guru, ada dua strategi pembelajaran yaitu melalui tatap muka dan
melalui pengalaman belajar.
a.
Tatap muka
Pada
pembelajaran tatap muka peran guru sangat dominan, yaitu mengatur kegiatan
belajar peserta didik. Pembelajaran pada tatap muka, guru menggunakan berbagai
metode mengajar dan alat bantu. Pembelajaran dengan tatap muka pada umumnya
dilaksanakan di kelas, di mushalla atau di laboratorium. Tujuan pembelajaran
adalah seperti tercantum pada kompetensi dasar yang ingin dicapai peserta
didik. Keberhasilan pembelajaran tatap muka sangat ditentukan oleh kemampuan
guru dalam mengelola kelas dan memotivasi peserta didik belajar. Pembelajaran
dengan tatap muka pada bidang studi Aqidah Akhlak, umumnya dilaksanakan di
kelas, di mushalla dan di laboratorium.
b.
Pengalaman belajar
Pengalaman
belajar adalah interaksi antara peserta didik dengan bahan ajar tanpa dihadiri
guru. Ditinjau dari kompetensi yang ingin dicapai, pengalaman belajar peserta
didik meliputi pengalaman belajar kognitif,
psikomotorik dan afektif. Kompetensi ranah kognitif meliputi menghafal,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesakan, dan menilai.
Pengalaman
belajar untuk pelajaran Aqidah Akhlak sesuai dengan realita yang ada bahwasanya
cukup rumit untuk merumuskannya, yang sangat dominan pada pelajaran ini yaitu
berkenaan dengan ranah afektif, kompetensi yang ingin dicapai antara lain
meliputi tingkatan pemberian respon (responding), apresiasi (apreciating),
penilaian (valuing), dan internalisasi (internalization). Pengalaman belajar
yang relevan dengan berbagai jenis tingkatan afektif tersebut antara lain :
berlatih memberikan respon atau reaksi terhadqap nilai-nilai yang dihadapkan
kepadanya, berlatih menikmati atau menerima nilai, norma, serta objek yang
mempunyai nilai etika dan estetika: berlatih menilai ditinjau dari segi baik
buruk, adil tidak adil, indah tidak indah terhadap objek studi; berlatih
menerapkan/mempraktekkan nilai, norma, etika dan estetika dalam perilaku
kehidupan sehari-hari.
4. Penilian dan
Evaluasi dalam Pembalajaran Aqidah Akhlak
Bidang
studi Aqidah akhlak, penulis mengungkapkan beberapa hal dalam sistem penilaian
pada pelajaran ini diantaranya :
a.
Penilaian berbasis kelas
Penilaian dalam pembelajaran Aqidah Akhlak dilakukan
dengan berbasis kelas. Karena untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik
telah memiliki kompetensi atau kemampuan yang diharapkan oleh guru bidang
studi. Penilaian dilakukan terhadap proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan, yakni mencakup semua kompetensi dasar dengan menggunakan
indikator yang ditetapkan oleh guru. Berkesinambungan dalam arti semua komponen
indikator dibuat soalnya, hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi yang
telah dimiliki dan yang belum. Contohnya yaitu : - pertanyaan lisan di kelas, -
tugas rumah, - kuis, - tugas individu, - tugas, -kelompok, dan ulangan harian
Dalam hal ini sistem penilaian berbasis kompetensi
mengacu pada kompetensi yang ingin dicapai dan kemudian hasilnya ditindak
lanjuti dengan program remedial atau pengayaan. Tingkat berfikir yang digunakan
dalam mengerjakan soal penilaian mencakup mulai yang rendah sampai yang tinggi.
Pada jenjang di MI ini, tingkat berfikir yang terlibat mencakup pemahaman,
aplikasi dan analisis.
b.
Monitoring dan bimbingan terhadap
efektivitas proses pembelajaran perlu dilakukan secara individu dan
berkelanjutan. Penilaian ini berguna untuk mengetahui kedudukan atau posisi
siswa dalam kompetensi yang ditetapkan secara nasional.
c.
Evaluasi hasil belajar
Penilaian terhadap hasil belajar disesuaikan dengan
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karenanya, bentuk dan teknik
penilaian dipastikan dapat mengukur ranah yang dimaksud yaitu ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik.
1)
Evaluasi pencapaian hasil belajar
aspek kognitif digunakan agar guru mengetahui apakah siswa sudah menguasai
bahan yang telah disajikan oleh guru, agar mengetahui bagian mana yang belum
dikuasai oleh siswa sehingga ada usaha untuk mempelajari lagi sebagai upaya
perbaikan, dan berguna untuk penguatan bagi siswa yang sudah memperoleh skor
tinggi serta menjadi dorongan untuk belajar lagi. Caranya yaitu dengan membuat
label spesifikasi yang mampu menunjukkan konsep/subkonsep atau tema/subtema
kompetensi dasar mana yang belum dikuasai oleh siswa. Contohnya pada bidang
studi Aqidah Akhlak, dilihat dari tes lisan di kelas dan hasil ulangan harian
yang telah dilaksanakan.
2)
Evaluasi pencapaian hasil belajar
aspek psikomotorik pada bidang studi Aqidah Akhlak yaitu dilakukan dengan
menilai keterampilan siswa di kelas sehari-hari
3)
Evaluasi pencapaian hasil belajar
aspek afektif pada bidang studi Aqidah Akhlak yaitu dengan menilai minat siswa
pada mata pelajaran ini. Beberapa indikator yang dapat dinilai dari minat siswa
diantaranya : rajin mengikuti pelajaran, rajin mengajukan pertanyaan, catatan
rapi dan lengkap, memiliki buku selain buku wajib, dan senang membicarakan dan
membaca buku pelajaran Aqidah Akhlak.
DOWNLOAD FILE DISINI
DOWNLOAD FILE DISINI
[1]Muhammad
Abdulloh Uswah bin Suradi, “Dr Abdullah Nasih Ulwan Selagi Nadi Berdenyut Pena
Sentiasa Menulis” http://tamanulama.blogspot.com/2008/01/dr-abdullah-Nashih-ulwan-selagi-nadi.html. hlm. 1--4. Biografi Dr. Abdullah Nashih Ulwan
dalam situs ini disusun dengan rujujan utama Muqaddimah Silsilah Madrasah Du’at (Jilid 1)
[2] Dr.
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Islam, terj. Drs. Saifullah
Kamlie, LC. dan Drs. Hery Noer Ali, (Semarang:
CV Asy Syifa’, 1993) Jilid I. hlm.193
[3] Ibid.
hlm.170
[4] Ibid.
hlm.199-200
[5] Dr.
Abdullah Nashih Ulwan, op.cit. hlm.167
[6] Ibid.
hlm.188
[7] Ibid. hlm.193
[9] Ibid. hlm.167
[10] Ibid. hlm.167-168
[11] Ibid. hlm.169
[12] Ibid.
hlm.170
[13] Ibid.
hlm.167
[14] Ibid.
hlm.179-199
[15]
Jamaal Abdur Rahman, Tahapan Mendidikan Anak, Teladan Rasulullah, Terj. terj.
Bahrun Abu bakar Ihsan Zubaidi, Lc., (Bandung:
Irsyad Baitus Salam, 2005). hlm.16-17
[16] Dr.
Abdullah Nashih Ulwan, op.cit. Jilid II. hlm. 1--2
[17] Ibid.
hlm.2
[18] Ibid.
[19] Ibid.
hlm.64
[20] Ibid.
hlm.68
[21] Ibid.
hlm.71--116
[22] Ibid.
hlm.123
[23] Ibid.
hlm.126
[24] Ibid.
hlm.155-158
[25] Ibid.
hlm.159-162
[26] Ibid.
hlm. 212--220
[27] Syekh
Khalid bin Abdurrahman Al-‘Akk, Cara Islam Mendidik Anak, terj. H.
Muhammad Halabi Hamdi, S.Ag. dan Muhammad Fadhil Afif, Lc., (Jogjakarta: Ad-Dawa’, 2006). 213-227
[28] Drs. H. Sama’un Bakry, M.Ag. Menggagas
Konsep Ilmu Penddikan Islam, (Bandung:
Pustaka Bani Qurasy, 2005), hlm.84-87
[29] Dr.
Abdullah Nashih Ulwan, op.cit. Jilid I hlm.170
[30] Ibid.
hlm.170
[31] Drs.
H. Sama’un Bakry, M.Ag. op.cit., hlm. 96-98
[32] Dr.
Abdullah Nashih Ulwan, op.cit. Jilid I. hlm.172-173
[33] Ibid.
hlm. 236--237
[34] Ibid.
hlm. 200
[36]
Lampiran I.a. Peraturan Menteri
Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008, hlm.1
[37] Ibid.
hlm 18
[38] Ibid.
hlm. 21
[39] Ibid.
hlm 24--25