CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING



PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Di era globalisasi peserta didik dalam pembelajaran perlu difasilitasi dengan berbagai sumber pembelajaran baik bersifat lokal maupun global, serta didukung fasilitasi berbagai sumber belajar dan didukung jaringan kerja yang digunakan untuk mengoptimalkan pengembangan diri mereka dalam pembelajaran. Kegiatan belajar bisa mereka lakukan dimana dan kapan saja, kesempatan belajar bagi mereka tidak terbatas disekolah saja, tetapi juga diluar sekolah sehingga mereka memiliki pandangan atau wawasan lokal dan internasional. Disaat seperti ini, peserta didik akan berhadapan dengan berbagai peluang dan tantangan yang beraneka ragam sebagai dampak positif maupun negatif dari globalisasi. Karena itu, pembelajaran juga berfungsi untuk menyelaraskan langkah perjalanan fitrah mukhallaqah (fitrah yang diciptakan oleh Allah SWT pada manusia) berupa naluri, potensi jismiyah, nafsiyah, aqliyah dan qalbiyah, dengan rambu-rambu fitrah munazzalah (fitrah yang diturunkan oleh Allah SWT) sebagai acuan hidup, yaitu agama dalam semua aspek kehidupanya, sehingga manusia dapat lestari hidup di atas jalur kehidupan yang benar atau di atas jalur “ash-shirath al-mustaqim”.
            Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi yang dilakukan selama ini dianggap gagal menghasilkan para peserta didik yang aktif, kreatif, dan inovatif dalam mencapai keunggulan kompetitif di era globalisasi. Mereka hanya mampu mengingat jangka pendek dan belum mampu untuk membekali diri mereka dalam memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Pembelajaran CTL akan mendorong kearah belajar aktif. Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan peserta didik secara mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.




B. Rumusan Masalah
            Dari uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah:      
1.Bagaimana pengertian pembelajaran CTL?
2.  Bagaimana konsep dasar dan karakteristik pembelajaran CTL?
3.    Bagaimana peran pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran CTL?
4.    Bagaimana asas-asas pembelajaran CTL?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian pembelajaran CTL ?
2.  Menjelaskan konsep dasar dan karakteristik pembelajaran CTL ?
3. Menjelaskan peran pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran CTL ?
4. Menjelaskan asas-asas pembelajaran CTL?









PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran CTL
            Ada beberapa pengertian pembelajaran CTL yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya:
            1. CTL  ( Contextual teaching and learning) adalah suatu suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkanya dengan situasi kehidupan nyata.[1]
            2. Pembelajaran CTL adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkanya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budaya nya.
            3.  Pembelajaran CTL adalah pengajaran yang memungkinkan peserta didik untuk memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan di luar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia nyata.
            Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran CTL adalah pendekatan pembelajaran yang dilakukan pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat menghubungkan atau mengaitkan antara materi pembelajaran dengan kenyataan yang dia temukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga peserta didik dapat menerapkan materi pembelajaran yang dipelajarinya dalam kehidupan.[2]
B. Konsep Dasar dan Karakteristik Pembelajaran CTL
            Dari pengertian diatas ada tiga hal (konsep dasar)  yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengaharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.[3]
            Selanjutnya Johnson mengemukakan delapan macam karakteristik pembelajaran CTL yaitu:[4]
  1. Melakukan hubungan yang bermakna ( making meaningful connections ).
  2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signfikan ( doing signifikan work ).
  3. Belajar yang diatur sendiri ( self regulated learning ).
  4. Bekerjasama ( collaborating ).
  5. Berfikir kritis dan kreatif ( critical and creative thinking ).
  6. Mengasuh atau memelihara pribadi peserta didik (nuturing the individual).
  7. Mencapai standar yag tinggi ( reaching high standards ).
  8. Menggunakan penilaian autentik ( using authentic assesment ).
C. Peran Pendidik Dan Peserta Didik Dalam Pembelajaran CTL
            Setiap siswa memiliki gaya yang berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki siswa tersebut Bobi Deporter (1992) menamakanya sebagai unsur modalitas belajar. Menurutnya ada tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu tipe visual, auditorial dan kinestetik. Tipe visual, adalah gaya belajar dengan cara melihat, artinya siswa akan lebih cepat belajar dengan cara menggunakan indra penglihatanya. Tipe Auditorial, adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengaran, sedangkan  tipe kinestik , adalah tipe belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh.
            Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa. Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL:[5]
  1. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Peran guru bukanlah sebagai instruktur atau “penguasa” yang memaksakan kehendak, melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembannganya.
  2. Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. Bagi mereka belajar adalah mencoba memecahkan setiap persoalan yang menantang. Dengan demikian guru berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap pentin untuk dipealjari oleh siswa.
  3. Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. Peran guru disini untuk membantu siswa agar mampu menemukan keterkaitan antar pengalamn baru dan pengalaman sebelumnya.
  4. Belajar bagi anak-anak adalah proses menyempurnakan skema yang telah ada (asimilasi) atau proses pembuatan skema baru (akomodasi), dengan demikian tugas guru adalah memfasilitasi (mempermudah) agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi.
Peserta tidak memperoleh pengetahuan dari informasi yang diberian orang lain termasuk guru, akan tetapi dari proses menemukan dan mengkontruksinya sendiri, maka guru harus menghindari mengajar sebagai proses penyampaian informasi.
Siswa adalah organisme yang aktif yang memiliki potensi untuk membangn pengetahuanya sendiri. Kalaupun guru memberi informasi kepada siswa, guru harus memberi kesempatan untuk menggali informasi itu agar lebih bermakna untuk kehidupan mereka.

D. Asas-asas Pembelajaran CTL
            CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Sering kali asas ini disebut juga komponen-komponen CTL, ke 7 asas CTL itu adalah:[6]
1.             Kontruktiisme
Kontruktiisme adalah landasan berpikir pembelajaran/contextual yang mengatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia setahap demi setahap yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit). Pengatahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Peserta didik harus terbiasa untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna untuk dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Oleh karena itu pendidik perlu memfasilitasi proses tersebut dengan: (1) menjadikan pengetahuan berguna dan relevan bagi peserta, (2) memeberi kesempatan bagi peserta didik menemukan dan menerapkan ide nya sendiri, (3) menyadarkan peserta didik agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
  1. Inquiri
Pendidik harus menggunakan pendekatan Inquiri (menemukan) agar peserta didik dibiasakan menemukan sendiri. Langkah-langkah pembelajaran Inquiri adalah sebagai berikut:
a.       Merumuskan masalah
b.      Mengumpulkan data melalui observasi atau pengamatan
c.       Menganalisis dan menyajikan
d.      Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pembaca, teman atau kepada sekelas, pendidik atau audiens yang lain.
e.       Mengevaluasi hasil temuan bersama
  1. Questioning (bertanya)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis kontextual. Bertanya sebagai kegiatan pendidik untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir peserta didik. Dalam pembelajaran inquiri,  bertanya bertujuan untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Dalam pembelajaran CTL bertanya berguna untuk:
a.       Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis,
b.      Mengecek pemahaman peserta didik,
c.       Memecahkan persoalan yang dihadapi,
d.      Membangkitkan respons kepada peserta didik,
e.       Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui peserta didik,
f.       Memfokuskan perhatian peserta didik pada sesuatu yang dikehendaki pendidik,
g.      Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari peserta didik,
h.      Menyegarkan kembali pengetahuan peserta didik.
  1. Learning Community (masyarakat belajar)
Hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerjasama semua peserta didik, dan antara peserta didik dan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu kepada yang tidak tahu baik didalam maupun diluar kelas.
  1. Modeling (pemodelan)
Peserta didik dalam belajar harus mengidentifikasikan diri model yang akan ditirunya.
Prinsip-prinsip modeling yang bisa dipertimbangkan dalam pembelajaran CTL adalah sebagai berikut:
a.       Pengetahuan dan ketrampilan diperoleh dengan mantap apabila ada contoh yang bisa ditiru.
b.      Contoh bisa diperoleh langsung dari para ahli.
c.       Model atau conoh bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh hasil karya, atau model penampilan.
  1. Reflection (Refleksi)
Reflection adalah perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari. Peserta harus menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperoleh merupakan revisi dan pengayaan teradap pengetahuan yang sudah ada padanya.
Prinsip-prinsip yang perlu dipertimbangkan pendidik dalam penerapan refleksi yaitu:
a.    Perenungan atas sesuatu pengetahuan yang baru diperoleh merupakan pengayaan atas pengetahuan sebelumnya.
b.    Perenungan merupakan respon atas kejadian, aktifitas atau pengetahuan yang baru diperolehnya.
c.    Perenungan bisa berupa penyampaian penilaian atas pengetahuan yang baru diterima, membuat catatan singkat,dan  diskusi dengan teman sejawat.
  1. Authentic Assesment ( Penilaian Nyata)
Penilaian authentik adalah poses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan informasi tentang perkembangan pengalaman peserta didik. Penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran sedang berlangsung bukan semata-mata pada hasil pebelajaranya saja.





                   



PENUTUP

  1. Kesimpulan
Pembelajaran CTL adalah pendekatan pembelajaran yang dilakukan pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat menghubungkan atau mengaitkan antara materi pembelajaran dengan kenyataan yang dia temukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga peserta didik dapat menerapkan materi pembelajaran yang dipelajarinya dalam kehidupannya. Konsep dasar pembelajaran CTL Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan.

















Daftar Pustaka
Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan Pemblajaran. Jakarta, PT. Bumi Aksara
Eggen, Paul. Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Ketrampilan Berfikir. Jakarta, PT. Indeks
            Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta, Kalam Mulia
            Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta, kencana


[1] Wina sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencanaa, 2005), hlm. 109
[2] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Kalam Mulia, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005),  hlm. 256
[3] Op.cit, hlm. 109-110
[4] Op.cit, hlm. 256-257
[5] Op.cit hlm. 116-117
[6] Op.cit, hlm: 258-259