“HADIST TENTANG MEDIA PENDIDIKAN”


BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu yang harus dipersiapkan oleh seorang pendidik sebelum melakukan sebuah pembelajaran adalah media atau alat yang digunakan sebagai perantara agar tujuan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik kepada para peserta didik.
Sejak zaman Rasul pun ternyata media pendidikan sudah dipergunakan oleh Rasul untuk menyampaikan dakwah kepada umatnya.
Dan seiring berkembangnya zaman, model dan bentuk media pendidikan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Media Pendidikan
Media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh pendidik dalam rangka berkomunikasi atau menyampaikan materri pembelajaran kepada siswa, sehingga dapat membantu pendidik (guru) dalam mengajar dan memudahkan murid menerima dan memahami pelajaran.[1]
Media pendidikan yang digunakan sebagai sarana komunikasi seorang pendidik kepada peserta didiknya hendaknya dipilih sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
B.     Hadist Tentang Media Pendidikan
1.      Materi Hadist

حدثنا قتيبة بن سعيد قال حدثنا يعقوب بن عبدالرحمن بن عبد الله بن عبد القارئ القرشى الاسكندرانى قال حدثنا ابو حازم بن دينار ان رجالا اتوا سهل بن سعد الساعدى وقدامتروا فى المنبر مم عوده فسا لوه عن ذلك فقال والله انى لاعرف مما هو ولقد رايته اول يوم وضع واول يوم جلس عليه رسول الله ص.م الى فلانة امراة قد سماها سهل مرى غلامك النجار ان يعمل لى اعوادا اجلس عليهن اذاكلمت الناس فامرته فعملها من طرفاء الغابة ثم جاء بها فارسلت الى رسول الله ص.م  فامربها فوضعت ههنا ثم رايت رسول الله ص.م  صلى عليها وكبر وهو عليها ثم ركع وهو عليها ثم نزل القهقرى فسجد فى اصل المنبر صم عاد فلما فرغ اقبل على الناس فقال ايها الناس انما صنعت هذا لتاء تموا بى ولتعلموا صلاتى. (رواه البخارى)

2.      Terjemahan Hadist
Dari Qutaibah ibn Sai’id, ia berkata dari Ya’qub ibn Abdurrahman ibn Muhammad ibn Abdullah ibn Abdul Qari Al Quraisy Al Iskandariy, ia berkata, dari Abu Hazim ibn Dinar sesungguhnya orang-orang mendatangi Sahal ibn Sa’ad As Sa’idy dan mereka berbeda pendapat[2] tentang kebiasaannya (berdakwah) di mimbar. Mereka menanyakan hal itu kepadanya. Demi Allah sesungguhnya saya mengetahui hal itu. Saya mengetahui pertama kali hal itu ditetapkan dan pertama kali Rasulullah duduk di atasnya. Rasulullah SAW mengirim surat kepada seorang perempuan Anshar bernama Sahal (yang berisi), “Perintahkanlah pelayanmu dari Bani An Najjar supaya ia membuatkan untukku kayu-kayu (mimbar) yang saya duduki ketika saya berbicara di depan manusia”. Maka ia (Sahal) menyuruh ghulam-nya dan ia mengerjakannya dari kayu-kayu hutan. Kemudian ia dating membawanya dan mengirimkannya kepada Rasulullah SAW. Rasul menyuruh untuk meletakkannya, maka diletakanlah mimbar itu di sini. Lalu saya melihat Rasulullah SAW shalat di atasnya seraya bertakbir sedang beliau di atasnya. Kemudian ruku’ dan beliau berada di atasnya. Kemudian beliau turun menuju ke belakang (dengan berjalan mundur) dan sujud di pangkal mimbar lalu kembali ke mimbar. Ketika selesai, beliaumenghadap manusia dan berkata, “Wahai manusia, sesungguhnya saya melakukan ini agar kalian menyempurnakan dan mempelajari sholatku.” (HR. Imam Bukhori)

C.     Penjelasan Hadist
Matan hadist di atas diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitabnya Shahih Bukhari pada kitab Al Jum’ah bab Al Khutbah ‘alal minbar. Di dalam syarahnya disebutkan bahwa sanad dan matan hadist tersebut sangat baik (jayyid) dan hadist tersebut bersambung langsung kepada Rasulullah SAW[3]. Hadist senada juga diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nasa’i, Abu Daud, Ibn Majjah, Ahmad ibn Hambal dan Ad Darimi.[4]
Sejak masa Rasulullah SAW media pengajaran telah menjadi salah satu aspek pendidikan yang menjadi perhatian Rasulullah, yakni dengan dibuatnya panggung (mimbar) sebagai tempat praktik sholat yang diajarkan langsung oleh rasulullah agar semua yang ikut dalam proses belajar tersebut dapat melihat dengan jelas gerakan-gerakan sholat yang diperagakan Rasuluulah di atas mimbar tersebut. Hal ini menegaskan betapa pentingnya media dalam proses pembelajaran.
            Beberapa dampak positif penggunaan media yang dikemukakan oleh Kemp & Deyton adalah sebagai berikut:
1.      Penyampaian pelajaran lebih baku. Setiap pelajaran yang melihat maupun mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama.
2.      Pembelajaran menjadi lebih interaktif karena lebih menekankan siswa untuk lebih aktif sehingga siswa akan turut berpartisipasi dan selanjutnya terjadi sebuah umpan balik dan juga penguatan materi.
3.      Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat mengasosiasiakan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan tetap memperhatikan. Singkat kata pembelajaran menjadi tidak begitu membosankan.
4.      Lama waktu yang diperlukan dapat dipersingkat.
5.      Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan.
6.      Pembelajaran dapatr diberikan kapan dan di mana saja, terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.
7.      Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
8.      Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.[5]
Meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran tapi sayangnya, penggunaan media pembelajaran ke dalam program-program pengajaran berjalan amat lambat. (Kemp & Deyton 1985:3).

D.    Klasifikasi dan Bentuk-bentuk Media Pendidikan.
Para ahli berbeda pendapat tentang pengklasifikasian media pembelajaran. Gagne mengelompokkannya menjadi 7 (tujuh) macam, yaitu benda untuk didemontrasikan (misalnya: mimbar/panggung dalam hadist di atas), komunikasi lisan, gambar cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara dan mesin belajar.[6]
Sedangkan bentuk-bentuk media pendidikan yang diaplikasikan di sekolah sekarang ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Papan tulis
2.      Bulletin board dan display
Alat ini biasanya digunakan untuk mempertontonkan hasil karya siswa yang berupa gambar, poster atau lainnya.
3.      Gambar dan Ilustrasi Fotografi.
Seperti gambar organ tubuh manusia, peredaran darah manusia, tata surya, peta dunia dan yang lainnya.
4.      Slide dan Filmstrip
Merupakan gambar yang diproyeksikan, dapat dilihat dan dioperasikan. Mempunyai nilai tertentu seperti memudahkan penyajian seperangkat materi, membangkitkan minat anak, keseragaman informasi, dapat dilakuakan secara berulang-ulang, danmenjangkau semua bidang pelajaran.
Contoh: Dosen menjelaskan materi kuliah kepada mahasiswa.
5.      Film
Mempunyai nilai tertentu seperti dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar, memancing inspirasi baru, menarik perhatian, penyajian lebih baik karena mengandung nilai rekreasi.
Contoh: Guru mengadakan nonton bareng film-film yang bersifat edukasi dan bias membangkitkan semangat belajar dan menncapai cita-cita, sebut saja misalkan film “Laskar Pelangi”, Garuda Di dadaku”, “Tanah Air Beta”, “Sang Pemimpi”, dan lain-lain.
6.      Rekaman pendidikan (Recording).
Yaitu alat audio yang tidak diikuti dengan visual (hanya suara saja).
Contoh: Listening.
7.      Radio Pendidikan.
8.      Televisi Pendidikan.
9.      Peta atau Globe.
10.  Buku Pelajaran
11.  Overhead Projector (Proyektor Lintas Kepala)
Memproyeksikan pada layar apa yang tergambar atau tertulis pada kertas transparan atau papan tulis.
12.  Tape Recorder.
13.  Alat Pendidikan lainnya, seperti computer, kalkulator, sempoa, dll.[7]

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari hadist diatas dapat saya simpulkan bahwa sejak zaman Rasulullah SAW sudah mengenal adanya media pendidikan untuk mengajar kepada para sahabat walaupun hanya sebatas mimbar (panggung). Namun dampak atau hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran oleh Rasululllah langsung dapat dirasakan dan dimengerti oleh para sahabat beliau. Para sahabat dapat melihat langsung cara sholat yang dipraktikkan oleh Rasulallah sendiri  di atas mimbar.
Selain keuntungan tadi, ternyata ada banyak lagi keuntungan lain, sesuai dengan pendapat dari beberapa ahli pendidikan, antara lain oleh Kemp & Deyton.
Jika diplikasikan di zaman sekarang, media pendidikan sudah begitu banyak macamnya, seperti yang saya paparkan di atas.


DAFTAR PUSTAKA

ü  Danim, Sudarman, Media Komunikasi Pendidikan  (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008)
ü  Ibn Hajar Al Asqalani, Fathul Bari. (Beirut : Dar Al Fikr)
ü  A.W. Wensick, Al Mu’jam Al Mufahras Li Alfadzi Al Hadist Al Nabawi. Leiden : Maktabah Baril
ü  Sholahuddin, Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar, Makalah disampaikan pada Diktat Peningkatan Kualitas Guru PAI Kanwil Kementrian Agama Propinsi Jawa Tengah dan DIY di Semarang, 2010
ü  H. Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, 2002, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers
ü  Sadiman Arif, Media Pendidikan (Jakarta: rajawali Pers 2009)



[1] Danim, Sudarman, Media Komunikasi Pendidikan  (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008) hlmn. 7
[2] Dalam lafadl ini terdapat banyak makna yang digunakan diantaranya berselisih dan ragu-ragu.
[3] Ibn Hajar Al Asqalani, Fathul Bari. (Beirut : Dar Al Fikr)
[4] A.W. Wensick, Al Mu’jam Al Mufahras Li Alfadzi Al Hadist Al Nabawi. Leiden : Maktabah Baril
[5] Sholahuddin, Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar, Makalah disampaikan pada Diktat Peningkatan Kualitas Guru PAI Kanwil Kementrian Agama Propinsi Jawa Tengah dan DIY di Semarang, 2010
[6] H. Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, 2002, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers
[7] Sadiman Arif, Media Pendidikan (Jakarta: rajawali Pers 2009) hlm 6